Berita
Perlawanan Panembahan Senopati terhadap Sultan Hadiwijaya
2025-04-22

Pada masa awal berdirinya Kerajaan Mataram, terjadi peristiwa penting yang melibatkan Panembahan Senopati dan Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang. Dua utusan khusus dikirim oleh Sultan Hadiwijaya ke wilayah Alas Mentaok untuk menyampaikan pesan kepada Panembahan Senopati, yang telah absen selama dua tahun tanpa menghadap. Awalnya, Panembahan Senopati tampak setuju untuk bertemu di Pajang, namun kemudian ia mulai menunjukkan sikap pembangkangan. Pesan dari Sultan Hadiwijaya disampaikan di Lipura, tetapi diterima dengan respons negatif oleh Panembahan Senopati, menandakan permulaan konflik antara kedua pihak.

Kisah Utusan dan Pembangkangan di Mataram

Dalam sejarah yang kaya akan dinamika politik, Mataram menjadi saksi penting ketegangan antara pemimpin muda dan penguasa senior. Di tengah hamparan sawah yang subur pada musim semi abad ke-16, Panembahan Senopati mendapatkan kabar dari dua utusan khusus Kerajaan Pajang. Mereka membawa amanat dari Sultan Hadiwijaya, sang raja besar yang masih memerintah wilayah tersebut. Namun, Panembahan Senopati, yang dulu diangkat sebagai anak oleh Sultan Pajang, menunjukkan sikap keras kepala. Setelah menerima kabar tentang meninggalnya Ki Pamanahan dan Ki Juru Martani, ia semakin menentang pengaruh Pajang.

Situasi tegang mencapai puncaknya saat Panembahan Senopati berkuda di Lipura. Di tempat itu, ia menerima pesan langsung dari Sultan Hadiwijaya melalui utusan Ki Wuragil dan Ngabehi Wila Marta. Namun, alih-alih menuruti perintah, Panembahan Senopati memberikan jawaban tegas yang menunjukkan niat untuk merdeka dari kendali Pajang.

Peristiwa ini menjadi titik balik dalam sejarah Mataram, dimana Panembahan Senopati secara bertahap melepaskan diri dari bayang-bayang penguasa Pajang dan membangun identitas kerajaan sendiri.

Dari perspektif seorang jurnalis atau pembaca, cerita ini mengajarkan nilai penting dari diplomasi dan komunikasi yang efektif dalam hubungan antar-pemimpin. Sikap keras kepala Panembahan Senopati meskipun memiliki alasan historis, menunjukkan bahwa keputusan besar sering kali dipengaruhi oleh emosi dan ambisi pribadi. Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam konteks modern, dialog terbuka dan saling pengertian sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan harmoni sosial.

more stories
See more