Pemerintah memperlihatkan komitmennya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi petani dengan melakukan tindakan tegas terhadap manajemen Perum Bulog. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, telah memberhentikan Pimpinan Cabang (Pinca) Bulog Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, karena kinerjanya yang dinilai tidak efektif. Keputusan ini diambil setelah adanya laporan bahwa Bulog gagal melakukan pembelian gabah dari para petani lokal secara tepat waktu. Menurut Mentan, langkah ini diperlukan agar semua pihak dapat bergerak sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto.
Situasi ini memicu kecaman dari sejumlah kepala desa di Kabupaten Nganjuk, yang mengkritik lambannya proses pengadaan gabah oleh Bulog. Mereka menyebutkan bahwa kondisi harga gabah yang turun drastis membuat petani menghadapi kesulitan ekonomi. Selain itu, ketidakmampuan Bulog dalam merespons situasi tersebut secara cepat menjadi perhatian serius di kalangan masyarakat dan bahkan ramai dibahas di media sosial. Atas dasar keluhan ini, Direktur Utama Bulog akhirnya mengambil tindakan dengan mencopot pimpinan cabang terkait sesuai dengan aturan yang ada.
Melalui peningkatan kerja sama antara Bulog dan para pelaku pertanian, Indonesia bertekad untuk mencapai swasembada pangan secara berkelanjutan. Dalam masa panen raya tahun 2025, target penyerapan gabah setara beras hingga 3 juta ton harus dicapai sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha keras para petani. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor, harapan besar untuk meningkatkan semangat petani tetap hidup serta menjaga stabilitas pasokan pangan nasional dapat terwujud. Langkah ini juga menjadi simbol penting bagi pentingnya sinergi dalam membangun kedaulatan pangan negara.