Bank Indonesia melaporkan perlambatan pertumbuhan kredit secara tahunan hingga Maret 2025. Angka ini turun dari bulan sebelumnya dan diproyeksikan akan bergerak menuju batas bawah. Penyebab utama adalah dinamika permintaan dan penawaran yang dipengaruhi oleh kebijakan eksternal serta likuiditas domestik. Meski demikian, beberapa sektor masih menunjukkan potensi positif.
Berdasarkan laporan terbaru, kondisi bank tetap stabil dengan tingkat NPL rendah dan rasio modal cukup kuat. Namun, upaya untuk memperkuat pendanaan melalui skema internasional menjadi prioritas guna menjaga momentum kredit nasional.
Dari perspektif industri, ada beberapa bidang yang menunjukkan perkembangan signifikan meskipun tren keseluruhan mengalami perlambatan. Sektor pengolahan, pertambangan, transportasi, dan jasa sosial menjadi sorotan utama karena kemampuan mereka dalam menyerap kredit secara efektif.
Industri-industri ini tidak hanya mencatat angka kenaikan yang solid tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Gubernur BI menyampaikan bahwa meskipun tantangan global seperti kebijakan perdagangan Amerika Serikat berdampak pada beberapa sektor, namun peluang untuk meningkatkan ekspor tetap ada di sektor-sektor tertentu. Dengan demikian, perhatian diberikan pada sektor yang memiliki daya tahan lebih baik terhadap fluktuasi eksternal. Misalnya, investasi dalam bentuk infrastruktur dan manufaktur mampu mengimbangi pelemahan di area lain seperti perdagangan dan konstruksi.
Meskipun ada tekanan pada sumber dana domestik, kondisi likuiditas secara keseluruhan tetap terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga serta tingkat kecukupan modal yang tetap tinggi.
Deputi Gubernur BI menegaskan bahwa strategi untuk memperkuat implementasi rasio pendanaan luar negeri (RPLN) menjadi langkah penting dalam menjaga stabilitas sistem perbankan. Melalui pendekatan ini, bank-bank dapat memaksimalkan potensi pendanaan dari pasar internasional tanpa mengorbankan stabilitas internal. Selain itu, minat bank dalam menyalurkan kredit atau lending appetite masih terjaga, meskipun selektivitas tetap menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan. Ini membuktikan bahwa meskipun adanya penurunan pada beberapa jenis kredit, khususnya konsumsi, kredit investasi dan modal kerja tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan likuiditas yang lebih baik diharapkan dapat mempercepat pemulihan sektor riil di masa mendatang.