Dalam RUPST yang diadakan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), perubahan susunan direksi menjadi sorotan utama. Royke Tumilaar, Direktur Utama saat ini, akan menyelesaikan masa jabatannya bersama beberapa direktur lainnya. Putrama Wahju Setyawan muncul sebagai kandidat kuat pengganti posisi tersebut. Selain pergantian kepemimpinan, pembahasan mengenai dividen dan buyback saham juga menjadi fokus penting dalam rapat.
Pengangkatan baru sejumlah posisi direksi serta penyesuaian rasio dividen menjadi isu utama dalam RUPST. Dengan perkiraan rasio dividen mencapai 55-60 persen dari laba tahun buku 2024, investor dapat berharap mendapatkan dividen tunai sebesar Rp12,88 triliun hingga Rp13,95 triliun. Selain itu, rencana buyback saham senilai maksimal Rp1,5 triliun atau 10 persen dari total modal disetor juga akan dipertimbangkan.
RUPST membawa perubahan signifikan pada struktur kepemimpinan BNI. Royke Tumilaar, yang telah memimpin bank selama lima tahun, akan digantikan oleh Putrama Wahju Setyawan. Dengan pengalaman luas dalam berbagai bidang seperti bisnis korporasi, treasury, internasional, dan retail banking, Putrama dianggap memiliki visi yang sesuai dengan kebutuhan strategis BNI ke depan.
Selain pergantian Direktur Utama, tiga posisi lainnya juga kosong setelah Novita Widya Anggraini pindah ke Bank Mandiri, David Pirzada menyelesaikan masa jabatannya, dan Mucharom dipindahkan ke BRI. Potensi kolaborasi antara Putrama dan Alexandra Askandar, mantan Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, menambah spekulasi terhadap arah kepemimpinan baru. Namun, status Alexandra sebagai calon Dewan Komisioner LPS memperumit prospek kerja sama ini. Transisi ini diharapkan dapat dikelola dengan baik agar operasional BNI tetap stabil dan efektif.
RUPST juga membahas strategi distribusi hasil keuangan kepada pemegang saham. Dengan meningkatnya rasio pembagian dividen hingga 55-60 persen dari laba tahun buku 2024, BNI menunjukkan komitmennya terhadap nilai bagi pemangku kepentingan. Perhitungan awal menunjukkan bahwa dividen tunai yang akan dibagikan berkisar antara Rp12,88 triliun hingga Rp13,95 triliun.
Besides pembagian dividen, BNI juga menyusun rencana buyback saham sebagai bagian dari strategi manajemen modal. Program ini melibatkan pembelian kembali saham senilai maksimal Rp1,5 triliun atau 10 persen dari total modal disetor. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan nilai saham dan memberikan fleksibilitas dalam mengelola struktur modal. Melalui pendekatan ini, BNI berupaya mempertahankan posisinya sebagai salah satu lembaga keuangan terdepan di Indonesia sambil menjaga hubungan positif dengan para pemegang sahamnya.