Sebuah cerita mengharukan bermunculan setelah kepergian seorang seniman terkenal. Melalui pengungkapan oleh keluarga, dunia belajar tentang sikap rendah hati dan penerimaan akan takdir yang disampaikan secara tulus selama hidupnya. Sang artis, yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia seni hingga usia senja, menunjukkan keyakinan bahwa saat sudah tidak mampu lagi berbagi melalui karyanya, ia siap menerima panggilan Ilahi dengan lapang dada.
Dalam suasana musim gugur emosional bagi keluarga dan penggemar, Petty, putri dari legenda seniman ini, membuka hatinya tentang perasaan sang ibu menjelang akhir hayatnya. Menurut Petty, sang almarhumah sering kali menyatakan niat tulus untuk menerima apapun yang menjadi kehendak Tuhan. Ia bahkan menggunakan ungkapan dalam bahasa Jawa sebagai bentuk kesediaannya untuk dipanggil kembali jika sudah tidak bisa memberikan manfaat kepada sesama. Ini adalah filosofi hidup yang selalu dianutnya sejak dini, ketika ia mulai belajar menjadi anak Titiek Puspa, sekitar 65 tahun lalu.
Dengan dedikasi tanpa henti, sang seniman memilih jalan memberikan dampak positif kepada orang lain melalui bakatnya. Kini, warisan tersebut tetap hidup dalam ingatan mereka yang pernah merasakan sentuhan emas dari karyanya.
Berdiri di persimpangan antara nostalgia dan harapan baru, kita diajak untuk merefleksikan makna kehidupan yang lebih dalam. Pesan dari sosok inspiratif ini mengajarkan kita pentingnya menerima setiap fase kehidupan dengan keikhlasan serta meninggalkan jejak yang bernilai bagi generasi mendatang. Bagaimana pun caranya, hidup haruslah sebuah perjalanan yang bermanfaat bagi semua orang.