Dalam lansiran dari CNBC Indonesia, CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra menyoroti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global yang semakin memperlihatkan peluang perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025. Perdagangan antarnegara yang dipicu oleh kebijakan Trump terhadap tarif dagang telah menciptakan tekanan inflasi, yang mengakibatkan keterbatasan dalam pengambilan keputusan suku bunga oleh The Fed maupun Bank Indonesia (BI). Meskipun ada spekulasi tentang penurunan suku bunga dalam waktu dekat, ekspektasi ini masih sangat bergantung pada perkembangan perang dagang AS.
Dalam suasana politik dan ekonomi yang penuh tantangan, para pemain pasar mulai waspada terhadap kemungkinan gejolak lebih lanjut. Di tengah ramalan perlambatan ekonomi tahun 2025, Guntur Putra, kepala eksekutif PT Pinnacle Persada Investama, menyoroti potensi konsekuensi dari perang tarif Amerika Serikat yang dapat mendorong inflasi global. Hal ini berdampak langsung pada kebijakan moneter, di mana Federal Reserve (The Fed) serta Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan melanjutkan sikap hati-hati dengan menjaga tingkat suku bunga mereka secara stabil dalam jangka pendek.
Menurut analisis Guntur, meskipun ada ruang untuk beberapa kali pemangkasan suku bunga, langkah tersebut tetap tergantung pada evolusi situasi geopolitik, terutama hubungan dagang antara negara-negara besar. Selain itu, rumor tentang penggantian pimpinan The Fed oleh Presiden Trump menambah ketidakpastian pasar finansial Amerika Serikat. Dalam diskusi "Power Lunch" di stasiun televisi CNBC Indonesia pada hari Senin tanggal 14 April 2025, dialog antara Anneke Wijaya dan Guntur Putra membuka wawasan mendalam tentang dinamika pasar keuangan global saat ini.
Para pelaku pasar terus memantau sentimen global dengan cermat, karena setiap keputusan moneter memiliki dampak luas pada stabilitas ekonomi dunia.
Berita ini memberikan pandangan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, penting bagi para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan faktor-faktor geopolitik dengan hati-hati sebelum mengambil tindakan. Bagi investor, kepekaan terhadap isu-isu internasional seperti perang dagang dan pergantian pemimpin bank sentral menjadi kunci dalam membuat keputusan investasi yang bijaksana. Melalui pemahaman mendalam tentang sentimen pasar, para pelaku pasar dapat lebih siap menghadapi volatilitas masa depan.