Kerusuhan yang terjadi di depan Gedung DPR Jakarta pada Kamis (27/3/2025) mencapai puncaknya ketika para demonstran menolak pengesahan undang-undang tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). Massa aksi tidak hanya memblokir jalan tol tetapi juga melakukan tindakan anarkis seperti membakar ban dan melemparkan petasan ke arah gedung. Situasi semakin memanas menjelang waktu berbuka puasa, dengan beberapa individu mencoba memanjat pagar gedung.
Pada malam hari, kerusuhan berlanjut saat massa masuk ke dalam jalur tol yang menghubungkan ruas Gatot Subroto menuju Letjen S. Parman. Akses kendaraan sepenuhnya tertutup, menyebabkan kemacetan panjang dan gangguan lalu lintas signifikan. Selain itu, pembongkaran barrier jalan serta tindakan vandalisme lainnya menambah tensi situasi yang sudah tegang antara demonstran dan aparat keamanan.
Berawal dari protes damai, aktivitas massa berkembang menjadi langkah-langkah eskalasi yang lebih serius. Pada sore hari, tepat menjelang adzan magrib, para demonstran mulai memasuki area jalan tol yang terletak di depan kompleks parlemen. Mereka secara aktif mengubah aliran lalu lintas dengan mengambil barrier yang ada di tengah jalan, sehingga menyebabkan penyempitan jalur kendaraan roda empat menuju Slipi.
Dengan tindakan tersebut, kondisi lalu lintas sekitar kompleks parlemen menjadi kacau balau. Kemacetan tak terhindarkan akibat penutupan satu jalur oleh massa. Dalam waktu singkat, aksi eskalasi ini berkembang lebih jauh. Para demonstran tidak hanya memblokir jalur saja, namun mereka juga melakukan pembakaran ban di tengah jalan tol. Hal ini memperburuk kondisi dan membuat arus lalu lintas benar-benar lumpuh. Ruas tol dari arah Gatot Soebroto menuju Letjen S. Parman harus ditutup total, tanpa ada kendaraan yang dapat melintas hingga berita ini dilaporkan.
Situasi di lokasi demonstrasi semakin memanas menjelang waktu berbuka puasa. Ketegangan antara massa dan aparat kepolisian meningkat drastis setelah beberapa individu mulai melakukan tindakan provokatif. Salah satunya adalah dengan memanjat pagar Gedung DPR. Tindakan ini memicu respons cepat dari polisi yang berjaga di dalam gedung.
Para demonstran tidak hanya mencoba membongkar pagar gedung, tetapi juga melakukan aksi vandalisme lainnya seperti membakar ban dan melemparkan petasan ke arah aparat kepolisian. Suasana semakin kacau dengan ledakan petasan yang bergema di sekitar kompleks parlemen. Langkah-langkah eskalasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara massa aksi dan aparat keamanan telah mencapai titik puncaknya. Upaya mediasi tampaknya sulit dilakukan karena kedua belah pihak saling menuntut hak-hak masing-masing tanpa kompromi.