Pemimpin Ansarallah Yaman, Abdulmalik Al-Houthi, menegaskan bahwa tindakan agresif Israel yang didukung oleh Amerika Serikat bertujuan untuk menghancurkan perjuangan Palestina. Dia memperingatkan bahwa pengungsian warga Palestina merupakan bentuk genosida dan serangan terhadap Tepi Barat yang diduduki. Negara-negara Arab diharapkan mengambil sikap berani untuk mencegah penggusuran rakyat Palestina.
Israel telah melanggar gencatan senjata lebih dari 900 kali sebelum melanjutkan serangan mereka di Jalur Gaza pada Maret 2025 setelah jeda selama dua bulan. Pengungsi Palestina mencari perlindungan di bangunan UNRWA karena ancaman kekerasan yang semakin meningkat.
Ketegangan di wilayah Timur Tengah semakin memanas akibat langkah-langkah agresif yang dilakukan oleh musuh Israel dengan dukungan kuat dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat. Pemimpin Ansarallah Yaman, Abdulmalik Al-Houthi, menyampaikan pandangan bahwa aksi ini bukan hanya upaya untuk meredam suara Palestina tetapi juga bagian dari rencana sistematis untuk menghapus identitas mereka secara keseluruhan. Kondisi ini diperparah oleh situasi kemanusiaan yang memburuk, termasuk pengungsian massal warga Palestina.
Dalam konteks ini, tindakan penggusuran tidak hanya menjadi masalah politik tetapi juga sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang luas. Ketika rakyat Palestina dipaksa meninggalkan tanah air mereka, hal tersebut menunjukkan adanya strategi yang direncanakan dengan cermat oleh pihak-pihak tertentu untuk melemahkan resistensi lokal. Selain itu, situasi saat ini juga mencerminkan serangan langsung terhadap Tepi Barat yang diduduki, yang menambah derita bagi penduduk asli wilayah tersebut. Ini adalah panggilan mendesak bagi komunitas internasional untuk mengambil tindakan konkret demi melindungi nilai-nilai kemanusiaan.
Negara-negara Arab memiliki peran vital dalam membantu Palestina melawan tekanan eksternal. Abdulmalik Al-Houthi menekankan pentingnya posisi tegas dari dunia Arab untuk menghentikan penggusuran rakyat Palestina serta penolakan terhadap normalisasi hubungan dengan musuh Israel. Menurutnya, keterlibatan Arab dalam proses ini sangat mempengaruhi kelangsungan perjuangan Palestina.
Jika tidak ada respons yang cukup dari negara-negara Arab, maka ada risiko signifikan bahwa wilayah-wilayah lain di sekitar Palestina dapat menjadi sasaran berikutnya. Ambisi Zionis, menurut Al-Houthi, tidak akan berhenti sampai ada sikap yang serius dan tulus dari para pemangku kepentingan regional. Dengan demikian, solidaritas antarnegara Arab diperlukan untuk menjaga integritas wilayah dan mendukung perjuangan rakyat Palestina. Hal ini juga menegaskan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai melalui dialog yang adil dan penghormatan terhadap kedaulatan nasional.