Pada perdagangan pagi di Jakarta, mata uang Rupiah mengalami pelemahan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat. Nilai tukar mencapai angka 16.900-an per dolar, yang hampir menyentuh batas psikologis 17 ribu. Penyebab utama penurunan ini adalah kebijakan ekonomi dari Presiden Donald Trump yang mengejutkan pasar global dengan meningkatkan tarif produk-produk China sebesar lebih dari sepuluh persen.
Pada hari Rabu di bulan April, di tengah situasi geopolitik yang tegang, Rupiah melanjutkan tren negatifnya. Di bursa valuta asing domestik, kurs Rupiah bergerak di area 16.900-an per Dolar AS. Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, langkah tak terduga oleh pemerintahan Amerika Serikat telah memberikan dampak luas pada stabilitas moneter global. Ancaman kenaikan tarif tersebut membuat investor khawatir dan mulai memindahkan modal mereka dari pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Dari sudut pandang jurnalis, laporan ini menggarisbawahi pentingnya diversifikasi ekonomi serta perlunya strategi mitigasi risiko dalam menghadapi ketidakpastian global. Keputusan politik di satu negara bisa langsung memengaruhi kondisi finansial di belahan dunia lainnya, sehingga koordinasi internasional menjadi semakin vital untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.