Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada sesi perdagangan pertama hari Rabu (9/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup di bawah level awal, meskipun sempat membukukan kenaikan lebih dari 1% di awal perdagangan. Penyebab utama pelemahan ini adalah pemberlakuan tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat yang memengaruhi berbagai negara, termasuk China dan Indonesia. Kebijakan tersebut menciptakan ketidakpastian ekonomi global dan meredupkan harapan pemulihan pasar keuangan.
Banyak sektor industri mengalami tekanan, dengan hanya beberapa sektor seperti industri, konsumer primer, finansial, dan kesehatan yang mampu bertahan di zona positif. Dua saham besar juga menjadi penyumbang terbesar dalam penurunan indeks hari itu. Selain itu, para analis memperingatkan bahwa perang dagang yang semakin intens dapat memperburuk perlambatan ekonomi global.
Ketegangan perdagangan internasional telah menyebabkan gejolak di pasar modal Indonesia. Pada Rabu pagi, IHSG berhasil membuka perdagangan dengan kenaikan sekitar 1%, namun momentum positif tersebut tidak bertahan lama. Seiring pengumuman pemberlakuan tarif oleh Amerika Serikat, investor mulai panik dan melakukan aksi jual besar-besaran, yang akhirnya mendorong IHSG turun hingga 0,33%. Aktivitas transaksi mencapai Rp 6,28 triliun dengan volume perdagangan yang cukup tinggi.
Situasi ini dipicu oleh kebijakan protektif pemerintah AS yang menaikkan bea masuk hingga 104% untuk produk-produk dari China. Negara-negara lain seperti Indonesia, India, Filipina, serta anggota Uni Eropa juga terkena dampak, meskipun dengan persentase yang lebih rendah. Langkah ini dianggap sebagai eskalasi baru dalam konflik dagang antarnegara. Meskipun ada indikasi kemungkinan negosiasi, pihak Gedung Putih tetap bersikeras bahwa tidak akan ada penundaan atau pengecualian tarif sampai batas waktu tertentu.
Sejumlah negara telah memberikan respons terhadap langkah protektif Amerika Serikat. China dan Prancis, misalnya, langsung meluncurkan tindakan balasan guna melindungi kepentingan nasional mereka. Sementara itu, Indonesia berencana untuk melakukan diskusi diplomatik guna mencari solusi terbaik sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan global saat ini sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi regional maupun internasional.
Para ahli menyatakan bahwa masa depan ekonomi dunia sangat bergantung pada hasil negosiasi yang akan datang serta keterlibatan aktif dari berbagai pihak. Menurut Murthy Grandhi dari GlobalData, atmosfer ketegangan perdagangan telah membangkitkan kembali kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Investor menjadi semakin ragu atas prospek pasar, terutama setelah keyakinan mereka sudah tergerus selama beberapa bulan terakhir. Situasi ini diperkirakan akan berlanjut hingga ada keputusan pasti dari para pemimpin dunia.