Di Jakarta, mata uang rupiah menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar AS pada awal Maret 2025. Hal ini sejalan dengan penurunan indeks dolar AS (DXY) yang dipicu oleh optimisme baru mengenai potensi penyelesaian konflik di Ukraina. Pada hari Kamis, 3 Maret 2025, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.485 per dolar AS, naik hampir 0,54% dibandingkan posisi sebelumnya. Ini merupakan respons langsung terhadap penurunan DXY ke level 107,21. Situasi ini berbeda dengan kondisi sebelumnya di mana rupiah sempat melemah.
Penguatan rupiah ini tidak lepas dari dinamika geopolitik global. Para pemimpin Eropa telah menyatakan persetujuan mereka untuk merumuskan rencana perdamaian yang akan diserahkan kepada pemerintah AS. Inisiatif ini muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan upaya diplomatik untuk mencari solusi damai. Meskipun sebelumnya gagal mendapatkan dukungan langsung dari Washington, langkah ini tetap membawa harapan baru bagi situasi internasional.
Selain itu, pernyataan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick tentang fleksibilitas tarif terhadap Meksiko dan Kanada juga mempengaruhi pasar. Tarif yang lebih rendah dari yang diusulkan sebelumnya mengurangi ketegangan ekonomi antara negara-negara tersebut, yang pada gilirannya berdampak positif pada nilai dolar AS. Faktor-faktor ini bersatu untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penguatan rupiah.
Kondisi ini menandai periode transisi penting dalam hubungan mata uang global. Peningkatan optimisme tentang resolusi konflik Ukraina dan perubahan kebijakan perdagangan AS telah memberikan dorongan kuat bagi rupiah. Meski masih ada tantangan, perkembangan terbaru ini menunjukkan bahwa situasi ekonomi global sedang bergerak menuju stabilitas yang lebih baik. Ke depan, para analis memperkirakan bahwa tren positif ini dapat berlanjut jika dinamika geopolitik dan ekonomi terus berjalan sesuai harapan.