Pada awal Mei 2025, serangan rudal yang dilancarkan oleh kelompok Houthi Yaman ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv memicu reaksi keras dari pemerintah Israel. Serangan ini tidak hanya mengganggu operasional bandara tetapi juga mendorong sejumlah maskapai internasional untuk menangguhkan penerbangan mereka ke Israel. Situasi ini menyebabkan keresahan bagi ribuan pelancong yang terjebak di luar negeri. Salah satu sorotan utama adalah kritikan tajam yang dilontarkan oleh Ofir Akunis, Konsul Jenderal Israel di New York, kepada maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS) yang dinilai menunjukkan sikap lemah dengan membatalkan penerbangan setelah insiden tersebut.
Kelompok Houthi Yaman diklaim bertanggung jawab atas serangan rudal pada akhir pekan tersebut. Rudal-rudal ini ditujukan ke salah satu fasilitas penting Israel, yakni Bandara Ben Gurion. Akibatnya, berbagai maskapai asing langsung mengambil langkah-langkah darurat dengan menunda atau bahkan membatalkan layanan penerbangannya ke wilayah tersebut dalam waktu kurang dari 24 jam. Keputusan ini dipandang oleh Israel sebagai tanda penyerahan tanpa perlawanan kepada kelompok bersenjata tersebut. Dalam konteks geopolitik, serangan ini menjadi bukti nyata bahwa sistem pertahanan udara Israel, yang selama ini dikenal canggih, ternyata dapat ditembus.
Ofir Akunis, Konsul Jenderal Israel di New York, menyoroti kebijakan maskapai AS seperti United Airlines yang memutuskan untuk menghentikan penerbangan selama seminggu. Menurutnya, tindakan tersebut mencerminkan sikap yang tidak pantas dan gagal mendemonstrasikan solidaritas dengan sekutunya. Dia menekankan pentingnya respons kolektif serta keberanian untuk melawan ancaman dari apa yang ia sebut sebagai "organisasi teroris". Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang meningkat antara Israel dan komunitas internasional, terutama dalam hal dukungan terhadap negara tersebut di tengah konflik regional.
Situasi ini juga menunjukkan bagaimana serangan rudal Houthi telah membuka celah baru dalam perlindungan udara Israel. Sebelumnya, sistem pertahanan udara Israel sering kali dianggap hampir tak terkalahkan. Namun, insiden ini membuktikan bahwa bahkan teknologi paling canggih pun memiliki batas kemampuannya. Reaksi dari para pemimpin Israel menunjukkan kekhawatiran mendalam tentang potensi eskalasi serangan serupa di masa depan.
Dengan serangan ini, dunia internasional kini lebih waspada terhadap ancaman lintas batas yang bisa memengaruhi stabilitas global. Insiden tersebut juga menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dalam menjaga keamanan transportasi udara. Israel berharap agar negara-negara lain dapat menunjukkan sikap yang lebih kuat dan solidaritas yang lebih nyata dalam menghadapi tantangan keamanan yang kompleks ini.