Pada hari Kamis dini, serangan udara Israel menargetkan Jalur Gaza dan mengakibatkan kematian seorang juru bicara kelompok Hamas. Serangan yang terjadi di wilayah utara Gaza ini menambah daftar korban akibat konflik yang berkepanjangan. Militer Israel memperluas operasi militernya dengan melancarkan beberapa serangan lainnya di berbagai wilayah Gaza, termasuk pengeboman rumah warga yang menyebabkan enam anggota keluarga tewas. Selain itu, dalam minggu-minggu terakhir, para pejabat senior Hamas juga menjadi sasaran serangan, meningkatkan ketegangan antara kedua belah pihak.
Menurut laporan dari televisi Al-Aqsa dan Kantor Berita Shehab, serangan terhadap tenda perlindungan milik Abdel-Latif al-Qanoua dilakukan oleh jet tempur Israel. Insiden ini terjadi di kota Jabalia, sebuah lokasi yang telah banyak mengalami dampak dari konflik tersebut. Saksi mata Hind Khoudary dari Al Jazeera melaporkan bahwa serangan ini tidak hanya menewaskan satu individu tetapi juga melukai beberapa orang lainnya, termasuk anak-anak.
Sejak penghentian gencatan senjata pada 18 Maret, intensitas serangan Israel terhadap Gaza semakin meningkat. Dalam serangkaian operasi militer, ratusan warga sipil Palestina telah kehilangan nyawa. Salah satu upaya besar Israel adalah untuk memberikan tekanan kepada Hamas agar melepaskan tawanan yang masih ada di wilayah tersebut.
Dalam minggu terakhir, Hamas juga menderita kerugian signifikan dengan kehilangan beberapa pemimpin tinggi mereka. Pada salah satu serangan di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, lima orang tewas, termasuk Ismail Barhoum, kepala lembaga keuangan Hamas. Di tempat yang sama, salah satu tokoh politik Hamas, Salah al-Bardaweel, bersama istri, juga menjadi korban dalam bom yang menghantam tenda-tenda pengungsi di wilayah tersebut.
Konflik ini menunjukkan eskalasi yang signifikan, dengan fokus serangan Israel yang tampaknya bertujuan untuk menyerang infrastruktur dan pemimpin kelompok Hamas. Situasi ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah yang sudah lama dilanda perang ini. Kehadiran serangan-serangan baru menunjukkan betapa sulitnya mencapai perdamaian tanpa solusi diplomatik yang jelas.