Pada hari Selasa, sebuah acara bertajuk Silaturahmi Ekonomi bersama Presiden RI Prabowo Subianto digelar untuk membahas strategi penguatan daya tahan ekonomi nasional. Namun, Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak mendapatkan undangan ke acara yang diadakan di Menara Sudirman tersebut. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa mereka tidak diundang. Meskipun begitu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, berharap agar pertemuan ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
Pada pagi hari tertentu di Jakarta, suasana tegang meliputi para pelaku pasar saham. Mereka menghadapi penurunan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencapai 9,19%. Kondisi ini muncul setelah libur panjang Lebaran, dengan sentimen negatif akibat kebijakan tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump. Hampir semua saham berkapitalisasi besar ikut jatuh drastis hingga 11,31%.
Di tengah situasi tersebut, sebuah acara penting diselenggarakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Bertempat di Menara Sudirman, acara "Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI" dijadwalkan dimulai pada pukul 11.30 WIB. Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dan para pimpinan terkait diharapkan bisa memberikan solusi konkret untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Namun, sayangnya, BEI tidak diberikan kesempatan untuk hadir dan berkontribusi langsung dalam diskusi tersebut.
Dari perspektif seorang jurnalis atau pembaca, kehadiran BEI dalam acara semacam ini sangatlah penting. Sebagai institusi yang menjadi tulang punggung pasar modal Indonesia, pandangan BEI dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana mengatasi volatilitas pasar. Selain itu, langkah-langkah konkret seperti memperkuat regulasi dan meningkatkan kepercayaan investor perlu menjadi fokus utama dalam menghadapi tantangan ekonomi global saat ini. Tanpa keterlibatan BEI, upaya pemulihan ekonomi nasional mungkin akan kurang komprehensif.