Generasi Z menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja pada tahun 2025. Banyak dari mereka yang baru lulus ataupun sudah bekerja harus berjuang melawan PHK dan ketidakpastian pekerjaan. Salah satu contohnya adalah Ibrahim Susbach, seorang pemuda asal Bekasi yang kehilangan pekerjaannya setelah mencoba memperjelas peran ganda yang ia tangani di sebuah perusahaan oil and gas service. Studi terbaru menunjukkan bahwa enam dari sepuluh perusahaan telah memecat karyawan muda karena kurangnya motivasi, profesionalisme, serta keterampilan komunikasi yang memadai. Selain itu, adanya dukungan berlebih dari keluarga saat mencari pekerjaan juga menjadi sorotan.
Pada sisi lain, konflik budaya antar generasi di tempat kerja semakin meningkat. Meskipun demikian, cerita Ibrahim menunjukkan pentingnya sikap proaktif dan pembelajaran dari pengalaman buruk untuk bangkit kembali.
Ibrahim Susbach menghadapi situasi sulit ketika diberikan dua tugas tanpa batasan yang jelas di tempat kerjanya. Ia akhirnya mencoba membahas masalah ini dengan atasan, namun respons yang diterimanya tidak sesuai harapan. Keputusan mendadak untuk mengakhiri hubungan kerja dengan alasan penghapusan tim marketing menambah frustrasi bagi Ibrahim.
Dalam lingkungan kerja yang dinamis, banyak karyawan muda seperti Ibrahim merasa bingung dengan ekspektasi yang kurang transparan. Ketika ia mencoba menegosiasikan tanggung jawab dan dukungan tambahan, diskusi malah berakhir dengan hasil yang tidak memihaknya. Alasan utama PHK yang dikemukakan oleh perusahaan sering kali tidak mencerminkan realitas yang dialami karyawan. Dalam kasus Ibrahim, rumor negatif bahkan tersebar, membuat situasinya semakin rumit. Hal ini menyoroti pentingnya komunikasi terbuka dan jujur di tempat kerja.
Tren PHK yang menyerang generasi muda menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan perusahaan dan kemampuan para karyawan baru. Laporan Intelligent 2024 mengungkap bahwa sebagian besar perusahaan memecat karyawan karena kurangnya motivasi, profesionalisme, dan keterampilan komunikasi. Selain itu, beberapa Gen Z masih sangat bergantung pada orang tua, baik dalam proses pencarian kerja maupun penulisan surat lamaran.
Budaya kerja lintas generasi sering kali menyebabkan konflik, terutama jika ada perbedaan signifikan dalam cara pandang dan pendekatan. Namun, cerita Ibrahim memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya sikap berani mengutarakan pendapat meskipun risiko gagal selalu ada. Dengan mental yang kuat dan kemauan untuk belajar dari pengalaman, generasi muda dapat melewati masa-masa sulit ini dan berkembang di dunia kerja yang penuh tantangan. Ibrahim sendiri kini memilih untuk fokus pada pembelajaran dan memberikan pesan positif kepada rekan-rekannya agar tetap teguh menghadapi hambatan.