Penghargaan dunia ternyata tidak melindungi seorang kreator dari ancaman di tanah kelahirannya. Sebuah insiden memprihatinkan terjadi ketika Hamdan Ballal, sutradara Palestina yang meraih Oscar untuk Dokumenter Terbaik, menghadapi perlakuan kejam oleh pemukim Israel di wilayah Susiya, Tepi Barat. Dalam sebuah serangan mendadak yang melibatkan puluhan orang bersenjata, Ballal menjadi korban utama, mengalami penganiayaan fisik dan akhirnya ditangkap secara paksa.
Kondisi sang sutradara saat ini masih belum jelas. Menurut informasi dari Lea Tsemel, seorang pengacara hak asasi manusia, Ballal adalah salah satu dari tiga warga Palestina yang ditahan militer Israel pasca-kejadian. Belum ada akses langsung untuk berkomunikasi dengan para tahanan karena mereka sedang menjalani perawatan medis di fasilitas militer. Saksi mata Basel Adra, rekan sekaligus anggota tim produksi film dokumenter No Other Land, melaporkan bahwa serangan itu dilakukan oleh sekelompok pemukim yang diduga dibantu oleh tentara Israel. Mereka menyerbu desa setempat pada malam hari, menciptakan suasana kekacauan dan ketegangan.
Sejak masa kecilnya di Susiya, Ballal telah menjadi simbol perlawanan damai melalui seni dokumenter. Ia menggunakan kamera sebagai alat untuk merekam realitas keras yang dialami masyarakat Palestina dalam bayang-bayang pendudukan. Kolaborasinya dalam proyek No Other Land, yang berhasil menembus panggung internasional, menunjukkan solidaritas lintas batas antara aktivis Palestina dan Israel. Meskipun tantangannya besar, termasuk risiko penyitaan peralatan dan intimidasi militer, Ballal tetap teguh dalam misinya untuk memberikan suara kepada mereka yang terpinggirkan. Kejadian ini menyoroti pentingnya melindungi para pelaku seni yang berjuang melawan ketidakadilan di seluruh dunia.