Dalam pengelolaan ibadah haji tahun 2024, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menyoroti kondisi kesehatan jamaah yang mayoritas berusia lanjut dan memiliki komorbid. Data terbaru mengungkapkan bahwa sekitar tujuh dari sepuluh jamaah memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan jantung. Selain itu, faktor usia juga menjadi perhatian serius karena persentase lansia mencapai lebih dari sepertiga total peserta haji. Dampaknya, penyakit jantung tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan jamaah selama musim haji tersebut.
Berdasarkan catatan resmi, penyakit jantung bertanggung jawab atas sebagian besar kasus kematian, yakni sekitar 38% dari total 461 korban. Sebagian besar korban berasal dari kelompok lansia dengan kondisi kesehatan yang sudah lemah. Ancaman lain datang dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia, yang sangat memengaruhi mereka yang memiliki komorbid. Untuk menghadapi tantangan ini, Kementerian Kesehatan telah menerapkan strategi baru guna meningkatkan layanan medis bagi para pelaku ibadah.
Sebagai langkah antisipatif, Kementerian Kesehatan telah merancang empat kebijakan penting untuk mendukung program "Haji Ramah Lansia dan Disabilitas". Pertama, dilakukan pembinaan kesehatan intensif selama masa tunggu di tanah air. Kedua, diperkenalkan pemeriksaan istitaah kesehatan yang lebih ketat dan terstandar. Ketiga, sistem rekam medis elektronik (RME) dikembangkan agar data kesehatan jamaah dapat dipantau secara real-time. Terakhir, fasilitas medis di Arab Saudi ditingkatkan dengan menyediakan dokter spesialis serta alat-alat canggih seperti X-ray mobile dan ekokardiogram.
Peningkatan ini bertujuan untuk meminimalisir risiko kesehatan dan mengurangi angka kematian selama pelaksanaan ibadah haji. Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, optimistis bahwa upaya ini akan membawa perubahan signifikan dalam penanganan kesehatan jamaah. Ia menegaskan bahwa kesadaran akan pentingnya persiapan kesehatan harus ditanamkan kepada semua calon jamaah.
Melalui implementasi kebijakan yang inovatif dan penguatan infrastruktur kesehatan, harapan besar tertumpu pada peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia. Langkah-langkah ini tidak hanya ditujukan untuk melindungi jamaah dari risiko kesehatan yang ada, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman.