Pasar
Investor Legendaris: Momentum Emas di Tengah Kekacauan Pasar
2025-03-25

Pasar modal Indonesia mengalami momen dramatis pada Maret 2025, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh hingga 7%, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk pertama kalinya sejak pandemi menerapkan kebijakan trading halt. Situasi ini mengejutkan banyak pihak, termasuk investor ternama Lo Kheng Hong. Namun, alih-alih mundur, ia melihat kesempatan besar dalam situasi tersebut dengan mulai membeli saham-saham unggulan yang turun harga secara drastis. Ia bahkan mencairkan semua investasi lainnya untuk memanfaatkan kondisi pasar ini.

Selain itu, Lo Kheng Hong juga menjadi salah satu pemegang saham signifikan di Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Dengan kepemilikan saham sebesar 64.636.000 unit, ia berhak atas dividen final senilai Rp 13,47 miliar dari laba bersih perusahaan tahun lalu.

Momok Pasar dan Respons Cepat Investor

Ketika IHSG anjlok tajam, BEI terpaksa mengambil langkah ekstrem dengan memberlakukan trading halt. Meski kondisi ini membuat banyak investor panik, Lo Kheng Hong tetap tenang dan bahkan memanfaatkannya sebagai kesempatan emas. Ia menjelaskan bahwa penurunan harga saham disebabkan oleh arus dana asing yang keluar dari pasar modal domestik, sehingga harga saham blue chip ikut terjerembab.

Dalam situasi krisis seperti ini, Lo Kheng Hong memilih strategi yang berbeda dari kebanyakan investor. Alih-alih menjual sahamnya, ia justru melakukan aksi beli masif pada perusahaan-perusahaan unggulan yang sedang dijual murah oleh investor asing. Untuk mendanai pembelian ini, ia menarik kembali seluruh investasinya di reksadana, deposito, dan obligasi. Menurutnya, ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham "wonderful company" dengan harga obral.

Keuntungan Berlimpah dari Dividen BBRI

Salah satu langkah cerdas Lo Kheng Hong adalah memperkuat posisinya di sektor perbankan dengan membeli saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Dengan kepemilikan saham sebesar 64.636.000 unit, ia tidak hanya mendapatkan potensi capital gain dari kenaikan harga saham, tetapi juga manfaat langsung berupa dividen tunai.

BRI telah memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp 51,74 triliun atau Rp 345 per saham, yang setara dengan 85% laba bersih perusahaan tahun lalu. Setelah dikurangi dividen interim yang sudah dibagikan sebelumnya, besaran dividen final yang diterima Lo Kheng Hong mencapai Rp 208,4 per saham. Jumlah ini menghasilkan total dividen sekitar Rp 13,47 miliar sebelum pajak. Selain itu, dengan harga pasar terbaru sebesar Rp 3.700 per saham, nilai total kepemilikan saham BBRI milik Lo Kheng Hong mencapai Rp 239 miliar. Strategi ini membuktikan bahwa bahkan di tengah badai pasar, ada peluang besar bagi mereka yang bisa melihat lebih jauh.

More Stories
see more