Pertikaian antara Israel dan Hizbullah semakin memanas setelah serangan roket yang dilaporkan meluncur dari wilayah Lebanon. Israel menyerang kembali dengan membombardir Beirut untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata empat bulan yang rapuh. Situasi ini mendapatkan reaksi keras dari pemimpin Lebanon dan Prancis yang mengkritik pelanggaran gencatan senjata tersebut. Serangan ini menyebabkan korban jiwa di daerah selatan Lebanon meskipun tidak ada korban di Beirut.
Situasi ketegangan meningkat lebih jauh karena ini adalah kali kedua roket diluncurkan ke arah Israel dari Lebanon dalam waktu singkat. Meski Hizbullah membantah keterlibatannya, Israel tetap bersikeras akan melakukan serangan balasan di mana pun yang dianggap ancaman bagi negaranya. Serangan udara Israel terhadap target militer Hizbullah telah menjadi hal biasa di selatan Lebanon, namun pengeboman baru-baru ini di pinggiran selatan Beirut menandakan perubahan strategi militer.
Serangan terbaru Israel terhadap Beirut menciptakan eskalasi signifikan dalam konflik antara Israel dan Hizbullah. Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan bahwa tindakan ini bisa memperburuk situasi regional. Sementara itu, komunitas internasional, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengecam keras langkah Israel sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Dalam konteks geopolitik yang rumit, serangan ini memicu kekhawatiran tentang potensi peperangan besar-besaran di wilayah tersebut. Pihak Israel menyatakan bahwa mereka siap melanjutkan operasi militer jika ancaman terhadap negara mereka tidak berkurang. Serangan ini juga menyoroti ketidakstabilan gencatan senjata yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir. Dengan meningkatnya intensitas konflik, respon diplomatik menjadi penting untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Tindakan Israel yang membombardir pinggiran selatan Beirut menunjukkan pergeseran dalam pendekatan militer mereka. Ini bukan hanya sekadar serangan pembalasan atas peluncuran roket, tetapi juga menandakan tekad kuat Israel untuk menargetkan infrastruktur Hizbullah secara langsung. Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan menggunakan segala cara untuk menjaga keamanan negaranya. Strategi ini diperkuat oleh peringatan dari Menteri Pertahanan Israel Katz bahwa ketenangan di Beirut tidak akan dipertahankan jika Israel utara terus diserang.
Serangan Israel di Lebanon selatan dan timur telah menjadi rutinitas sejak gencatan senjata berlangsung. Namun, pengeboman di pinggiran selatan Beirut kali ini menandai perubahan besar dalam strategi militer Israel. Target yang diidentifikasi oleh Israel melibatkan situs penyimpanan UAV milik Unit Udara Hizbullah. Langkah ini bertujuan untuk melemahkan kemampuan militer kelompok tersebut.
Israel menuduh Hizbullah menggunakan teknologi canggih untuk memperkuat kapasitas pertempuran mereka. Oleh karena itu, serangan terhadap fasilitas penyimpanan UAV dianggap sebagai upaya untuk meredam ancaman serius ini. Namun, dampak dari serangan ini melampaui tujuan militer. Korban jiwa di wilayah selatan Lebanon menjadi bukti nyata dari kerugian yang ditimbulkan akibat konflik yang berkepanjangan. Selain itu, eskalasi ini dapat memperbesar siklus kekerasan yang sulit dihentikan tanpa intervensi internasional yang efektif.