Pada sebuah kasus tragis yang terjadi di Anqing, China, seorang wanita bernama Wu menjadi korban kesalahan medis serius setelah menjalani pencabutan gigi. Awalnya, prosedur ini tampak sederhana namun berujung pada derita panjang dan akhirnya kematian. Setelah dokter mencabut gigi yang salah tanpa menggunakan anestesi, pasien mengalami kerusakan fisik serta trauma mental. Meskipun adanya permintaan maaf awal dari pihak rumah sakit, tidak ada tindakan nyata untuk memperbaiki kesalahannya. Insiden ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap praktik medis dan perlunya tanggung jawab profesional.
Wu pertama kali menjalani pencabutan gigi pada 12 Maret 2025 di sebuah rumah sakit ternama di Anqing. Rumah sakit ini dikenal karena departemen kedokteran giginya yang telah berdiri sejak tahun 1938. Namun, kejadian naas terjadi saat dokter mencabut gigi geraham yang sebenarnya sehat. Dalam upaya perbaikan, dokter mencoba mengikat ulang gigi tersebut dengan kawat ke gigi lainnya, tetapi cara ini juga salah dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Prosedur yang dilakukan selama satu setengah jam itu bahkan tidak melibatkan anestesi. Saudara laki-laki Wu mengungkapkan bahwa adiknya harus menahan rasa sakit luar biasa selama operasi tersebut. Akibatnya, kondisi Wu semakin memburuk—wajahnya bengkak, ia tidak bisa makan, hanya bisa minum air putih, dan bahkan sulit tidur karena rasa sakit yang tak tertahankan.
Situasi ini membuat Wu sangat frustrasi. Ia beberapa kali melaporkan masalah kepada pihak berwenang dan membagikan video emosional di media sosial untuk mendapatkan dukungan publik. Dalam rekaman itu, Wu menuduh dokter mengubah catatan medisnya demi menghindari tanggung jawab. Selain itu, pihak rumah sakit juga diduga memberikan tekanan agar ia menghapus video-video tersebut.
Tidak ada respons memadai dari pihak rumah sakit, meskipun mereka menawarkan kompensasi sebesar 100.000 yuan (sekitar Rp 235 juta). Keluarga Wu menolak penyelesaian cepat ini dan meminta bukti tambahan seperti rekaman pengawasan dari lokasi insiden fatal yang terjadi lima hari kemudian. Pada 17 Maret, Wu ditemukan meninggal dunia setelah jatuh dari lantai 11 rumah sakit. Kasus ini kini sedang diselidiki oleh komisi kesehatan dan polisi.
Meninggalnya Wu membuka mata tentang pentingnya transparansi dalam praktik medis. Sebuah wawancara dengan seorang dokter gigi independen mengungkapkan bahwa kesalahan semacam ini jarang terjadi namun dapat dikategorikan sebagai kecelakaan medis. Kasus ini menunjukkan bahwa pelatihan intensif bagi tenaga medis serta pengawasan ketat adalah langkah penting untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Berakhirnya hidup Wu menggarisbawahi betapa rapuhnya sistem yang gagal melindungi pasien. Keluarganya masih menuntut keadilan, sementara staf rumah sakit yang terlibat telah diskors. Kejadian ini menegaskan perlunya reformasi di bidang kesehatan guna menjaga integritas dan keselamatan pasien.