Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei dikenal sebagai salah satu kolektor mobil mewah terbesar di dunia. Diperkirakan, ia memiliki lebih dari 7.000 kendaraan dengan total nilai mencapai lebih dari USD 5 miliar. Berbagai merek ternama Eropa seperti Rolls-Royce, Bentley, Ferrari, Bugatti, hingga McLaren termasuk dalam daftar koleksinya. Di sisi lain, Sultan Hassanal Bolkiah juga merupakan pemimpin yang telah membawa Brunei ke era kemakmuran melalui pengelolaan sumber daya alamnya secara efektif.
Berawal dari pendidikan formal di Malaysia dan Inggris, Sultan Hassanal Bolkiah memulai kepemimpinannya pada tahun 1967. Sejak kemerdekaan Brunei pada tahun 1984, ia menjabat sebagai Perdana Menteri serta Menteri Pertahanan, Keuangan, dan Luar Negeri. Di bawah kepemimpinannya, negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi pesat berkat kekayaan minyak dan gas alamnya. Namun, penerapan hukum syariah pada tahun 2014 juga menimbulkan kontroversi global.
Sebagai seorang pecinta otomotif, Sultan Hassanal Bolkiah tidak hanya membeli mobil standar tetapi juga memesan kendaraan eksklusif yang disesuaikan sesuai selera pribadinya. Contohnya adalah Bentley Dominator, Ferrari 456 GT Venice, dan Rolls-Royce Silver Spur II dengan lapisan emas 24 karat. Semua kendaraan ini disimpan di garasi khusus di istana megah miliknya yang terdiri dari 1.788 kamar.
Setiap kendaraan dalam koleksi tersebut dirawat dengan cermat untuk menjaga kondisi prima mereka. Tidak hanya sekadar koleksi, mobil-mobil ini menjadi bagian dari gaya hidup mewah Sultan Brunei. Dengan jumlah koleksi mencapai lebih dari 7.000 unit, nilai totalnya diprediksi melebihi USD 5 miliar. Kendaraan-kendaraan ini bukan saja simbol status sosial, tetapi juga cerminan cinta Sultan terhadap seni desain dan teknologi otomotif modern.
Dalam perjalanan panjang kepemimpinannya, Sultan Hassanal Bolkiah berhasil membawa Brunei menuju kemakmuran melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Selain itu, ia memberikan layanan kesehatan dan pendidikan gratis kepada rakyatnya serta subsidi perumahan dan kebutuhan pokok. Pendidikan awalnya di Malaysia dan Inggris membentuk dasar bagi visi kepemimpinan yang kuat.
Semenjak menjabat pada tahun 1967, Sultan Hassanal Bolkiah telah menjadi tokoh sentral dalam perkembangan Brunei. Setelah merdeka dari Britania Raya pada tahun 1984, ia memegang posisi penting sebagai Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, Keuangan, dan Luar Negeri. Meskipun pencapaiannya luar biasa, langkah penerapan hukum syariah pada tahun 2014 mendapat sorotan internasional karena hukuman-hukuman keras yang diberlakukan. Hal ini memicu reaksi beragam dari komunitas global, termasuk seruan boikot terhadap bisnis Brunei di luar negeri. Namun, kebijakan ini tetap menjadi bagian integral dari pandangan konservatif Sultan terhadap masyarakat Brunei.