Penelitian terbaru dari Klook Travel Pulse menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap perjalanan tetap tinggi meskipun kondisi ekonomi global sedang mengalami kelesuan. Sebanyak 84% peserta survei berencana melakukan perjalanan keluar negeri pada tahun 2025, naik dari 71% di tahun sebelumnya. Studi ini melibatkan lebih dari 7.000 responden dari 14 negara, termasuk Indonesia. Salah satu destinasi paling diminati adalah Jepang, disusul oleh Tiongkok yang mencatat lonjakan permintaan signifikan selama setahun terakhir. Selain itu, generasi milenial dan gen Z semakin memandang perjalanan sebagai bentuk penyembuhan mental.
Berdasarkan hasil penelitian bersama Global Web Index, Jepang menjadi tujuan favorit para pelancong, dengan Tiongkok menempati posisi kedua sebagai destinasi populer. Lonjakan permintaan perjalanan ke Tiongkok meningkat hampir tujuh kali lipat dalam satu tahun terakhir. Menurut Eric Gnock Fah, President dan Co-founder Klook, perjalanan tidak hanya dipandang sebagai cara untuk istirahat, tetapi juga sebagai sarana pembaruan diri dan penemuan kreativitas. "Hampir 92% responden merasa sedih setelah perjalanan berakhir, sehingga hampir 40% langsung merencanakan liburan berikutnya," katanya seperti dilansir TTG Asia.
Tren ini didorong pula oleh pengaruh media sosial, di mana 79% responden menggunakan rekomendasi online untuk memesan aktivitas, akomodasi, dan restoran. Fenomena ini lebih dominan di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina dibandingkan dengan negara maju seperti Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Bahkan, sekitar 27% responden rela membayar lebih mahal hingga 20% demi mengunjungi lokasi yang viral di media sosial.
Meskipun banyak orang menyadari manfaat pelepas penat dari perjalanan, kendala waktu, tuntutan pekerjaan, dan batasan finansial menjadi alasan utama mengapa sembilan dari 10 responden tidak dapat bepergian sesering yang diinginkan. Pelancong dari daratan Tiongkok secara khusus merasa sangat terbatas oleh waktu, yaitu sekitar 74% dari mereka.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa perjalanan bukan lagi sekadar aktivitas wisata, tetapi telah menjadi bagian integral dari kesejahteraan mental generasi modern. Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk preferensi wisatawan, sementara tantangan seperti keterbatasan waktu dan anggaran tetap menjadi faktor penghalang bagi banyak orang dalam menjalankan rencana perjalanan mereka.