Pasar
Pasar Modal Indonesia Menunjukkan Kenaikan Signifikan di Awal Perdagangan
2025-03-12
Di tengah dinamika ekonomi global, pasar modal Tanah Air membukukan performa positif pada perdagangan awal Rabu (12/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan lonjakan 1% hingga mencapai level 6.608 hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit sejak pembukaan. Aktivitas perdagangan tercatat sangat aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp 725,15 miliar yang melibatkan lebih dari 1,45 miliar saham dalam total 91.413 kali transaksi.
Kinerja Pasar Modal Diprediksi Stabil Meski Tantangan Masih Ada
Meskipun optimisme pasar modal Indonesia terlihat pada hari perdagangan ini, para analis memproyeksikan bahwa kenaikan tersebut tidak akan bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh penurunan dua hari berturut-turut yang terjadi sebelumnya. Namun, dukungan kebijakan domestik seperti insentif THR diperkirakan menjadi pendorong utama bagi investor lokal.Pengumuman THR: Stimulus Ekonomi dari Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengumumkan pengucuran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK), serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pengumuman ini dilakukan di Istana Negara pada Selasa (11/3/2025), dengan hadirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini. THR ini dijadwalkan dicairkan pada Senin, 17 Maret 2025, sebagai bentuk dukungan kepada aparatur negara menjelang perayaan besar. Langkah ini diprediksi dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.Kebijakan THR ini juga diharapkan bisa meredam dampak negatif dari ketegangan dagang internasional yang sedang berlangsung. Dengan adanya tambahan pendapatan bagi jutaan pegawai negeri, konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan meningkat, sehingga mampu mendongkrak permintaan barang dan jasa di pasar.Keyakinan Konsumen Tetap Kuat Meski Sedikit Melemah
Hasil survei Bank Indonesia (BI) pada bulan Februari 2025 menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional tetap kuat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai angka 126,4, meskipun turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 127,2. Penurunan ini tidak begitu signifikan dan masih berada dalam kategori optimis.Survei BI menyatakan bahwa mayoritas responden percaya bahwa kondisi ekonomi akan membaik dalam enam bulan ke depan. Hal ini didorong oleh ekspektasi terhadap stabilitas harga dan peluang pekerjaan yang lebih baik. Meskipun demikian, beberapa kelompok konsumen mengungkapkan kekhawatiran terkait inflasi akibat tekanan eksternal seperti fluktuasi kurs rupiah dan ketegangan perdagangan antar negara.Kepercayaan konsumen yang tinggi ini menjadi salah satu faktor penting yang memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Dengan semakin banyaknya konsumen yang yakin terhadap masa depan ekonomi, maka aktivitas belanja dan investasi diperkirakan akan semakin meningkat.Tantangan Dagang Global: Ancaman Tarif Baru dari Amerika Serikat
Sementara itu, situasi global terus menghadirkan tantangan baru bagi pasar finansial dunia. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memperketat langkah-langkah proteksionis dengan menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari Kanada menjadi 50%. Ancaman ini diumumkan pada hari Selasa (11/3/2025) dan mulai berlaku beberapa jam kemudian.Langkah Trump ini sempat membuat pasar keuangan global terguncang, terutama karena potensi dampak inflasi yang dapat timbul dari kenaikan tarif. Sebagai respons, Perdana Menteri Ontario, Doug Ford, mengumumkan rencana untuk menaikkan biaya listrik yang dipasok dari provinsi terpadat Kanada ke lebih dari satu juta rumah di Amerika Serikat sebesar 25%, kecuali Trump mencabut semua ancaman tarifnya terhadap ekspor Kanada.Perang dagang ini tentunya menjadi fokus utama bagi pelaku pasar global, termasuk Indonesia. Fluktuasi pasar akibat ketidakpastian perdagangan dapat mempengaruhi arus modal asing di bursa efek Tanah Air. Oleh karena itu, pemantauan terhadap perkembangan internasional tetap menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas pasar modal.Dalam konteks Indonesia, dampak langsung dari ketegangan dagang ini mungkin tidak terlalu besar, namun risiko spillover tetap ada. Para regulator dan pelaku pasar harus bersiap menghadapi segala kemungkinan guna menjaga momentum positif yang telah diraih.