Situasi ekonomi global semakin dipenuhi ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan unilateral yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Pada awal perdagangan hari ini, Kamis (3/4/2025), mata uang Indonesia menghadapi penurunan signifikan terhadap dolar AS. Data terbaru menunjukkan bahwa rupiah membuka pelemahan hingga 0,35 persen, mencapai nilai Rp16.772 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di angka Rp16.713. Para ahli menyatakan bahwa langkah kontroversial dari pemerintah AS telah memicu volatilitas pasar.
Kebijakan tarif impor yang dinaikkan secara sepihak oleh Presiden Donald Trump telah menciptakan tekanan besar pada negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Dalam analisis yang dilakukan oleh Ibrahim Assuaibi, seorang pakar mata uang, ada kemungkinan rupiah akan melanjutkan tren negatifnya hingga mencapai level Rp16.900 dalam beberapa hari ke depan. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diprediksi akan mengalami koreksi yang cukup signifikan, antara 2-3 persen pada pembukaan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari kebijakan tersebut tidak hanya dirasakan dalam sektor valuta asing tetapi juga merembet ke pasar modal nasional.
Penerapan tarif resiprokal sebesar 32 persen oleh pemerintah AS menambah beban bagi negara-negara dengan surplus perdagangan tinggi. Meskipun tantangan ini terlihat berat, situasi ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan ketahanan ekonomi domestik. Melalui inovasi dan diversifikasi produk ekspor, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada pasar internasional tertentu. Langkah strategis seperti ini tidak hanya mampu melindungi stabilitas moneter tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional dalam menghadapi gejolak global.