Gaya Hidup
Penemuan Revolusioner: Obat Malaria dari Kitab Kuno China
2025-03-30
Jakarta, Indonesia – Salah satu penemuan terbesar dalam dunia kedokteran modern adalah pengobatan malaria yang berasal dari ilmu kuno. Penyakit yang mengancam nyawa ini, kini dapat dikendalikan berkat dedikasi seorang ahli obat tradisional China yang berhasil membongkar rahasia kitab ribuan tahun. Artikel ini akan menjelaskan perjalanan panjang di balik penemuan tersebut dan dampaknya pada dunia.

TEMUAN INOVATIF YANG MENGUBAH SEJARAH KESEHATAN DUNIA

Latar Belakang Penyakit Malaria

Malaria telah lama menjadi momok bagi masyarakat di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Pada pertengahan abad ke-20, penyakit ini hampir mustahil untuk disembuhkan karena resistensi parasit Plasmodium terhadap klorokuin, obat utama saat itu. Banyak korban jiwa dilaporkan akibat ketiadaan solusi efektif. Namun, semangat inovasi tidak pernah padam, terutama bagi mereka yang percaya pada nilai-nilai warisan masa lalu.Sejarah mencatat bahwa pada era 1950-an, wabah malaria melanda Tiongkok dengan intensitas tinggi. Pemerintah dipimpin oleh Mao Zedong merespons dengan mendirikan Proyek 523, sebuah misi rahasia yang bertujuan menemukan alternatif pengobatan. Di antara para ilmuwan yang terlibat, ada sosok bernama Tu Youyou, seorang ahli jamu yang memiliki pemahaman mendalam tentang pengobatan tradisional Tiongkok.Dengan dasar pengetahuan luasnya, Tu Youyou memulai pencarian jawaban melalui eksplorasi ratusan kitab kuno. Dia yakin bahwa jawaban atas tantangan medis modern dapat ditemukan dalam catatan-catatannya yang telah berusia ribuan tahun. Kepercayaan ini didasarkan pada fakta bahwa peradaban Tiongkok telah mencatat setiap aspek kehidupan secara rinci, termasuk praktik-praktik medis.

Pembacaan Kitab Kuno sebagai Awal Perubahan

Tu Youyou menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyelami lebih dari 2.000 kitab obat yang menggunakan berbagai macam bahan alami. Setiap halaman yang rapuh dan penuh debu menjadi saksi bisu usaha kerasnya. Akhirnya, dia berhasil menyaring informasi hingga tersisa hanya 640 kitab kuno yang relevan. Dari sana, satu kitab spesifik menonjol—selembar kain sutra dari tahun 168 Sebelum Masehi.Kitab ini mencatat cara mengobati penyakit mirip malaria dengan menggunakan qinghao, tanaman yang kemudian dikenal sebagai artemisinin. Penemuan ini bukanlah hasil kebetulan tetapi merupakan produk dari studi mendalam terhadap metode yang dicatat oleh Ge Hong, seorang tabib terkenal dari abad ke-4 SM. Melalui eksperimen berulang kali, Tu akhirnya menemukan teknik ekstraksi yang tepat untuk mengambil zat aktif anti-malaria dari qinghao.Proses ini bukan tanpa rintangan. Berdasarkan riset "From Branch to Bedside: Youyou Tu is Awarded the 2011 Lasker," Tu mengalami banyak kegagalan awal karena kesalahan dalam prosedur ekstraksi. Namun, tekadnya tak pernah pudar. Setelah mengikuti panduan dari Ge Hong, ia berhasil menghasilkan senyawa yang efektif melawan parasit Plasmodium.

Evaluasi dan Implementasi Artemisinin

Setelah sukses mengisolasi senyawa qinghao, Tu Youyou melanjutkan tahap uji coba. Pertama-tama, dia melakukan eksperimen pada hewan seperti tikus dan monyet, yang menunjukkan hasil positif signifikan. Senyawa ini mampu menghilangkan parasit malaria dari tubuh hewan-hewan tersebut dalam waktu singkat.Langkah selanjutnya adalah uji coba pada manusia. Hasilnya sama mengesankannya—qinghao atau artemisinin ternyata sangat efektif dalam mengobati pasien malaria. Temuan ini diumumkan secara resmi pada tanggal 4 Oktober 1971, menandakan titik balik besar dalam sejarah pengobatan penyakit menular. Industri farmasi di seluruh dunia segera bereaksi dengan memproduksi massal obat-obatan berbasis artemisinin.Pengaruh temuan ini begitu besar sehingga tingkat kesembuhan malaria meningkat drastis di berbagai belahan dunia. Komunitas medis global mulai memperhatikan kontribusi Tu Youyou, yang tidak hanya mengubah praktik pengobatan malaria tetapi juga membuktikan pentingnya ilmu pengetahuan tradisional.

Penghargaan dan Warisan Ilmiah

Perjalanan panjang Tu Youyou tidak hanya menghasilkan solusi konkret untuk masalah kesehatan global tetapi juga memberinya pengakuan internasional. Ia sering diundang ke berbagai forum ilmiah untuk mempresentasikan penemuannya. Puncaknya terjadi pada tahun 2015, ketika Tu Youyou menerima Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran. Ini merupakan penghargaan tertinggi dalam karier ilmiahnya dan membuatnya menjadi orang pertama dari Tiongkok yang meraih Nobel dalam bidang ini.Selain penghargaan Nobel, Tu juga menerima berbagai penghargaan lain yang mengakui kontribusinya terhadap kemanusiaan. Uang tunai sebesar Rp15 miliar yang diperoleh dari Nobel menjadi simbol apresiasi atas dedikasinya yang luar biasa. Lebih dari itu, warisan Tu Youyou terus menginspirasi generasi berikutnya untuk menggali potensi ilmu pengetahuan tradisional demi kebaikan umat manusia.
More Stories
see more