Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya melalui pengajuan tiga elemen budaya ke UNESCO. Ketiga elemen ini mencakup produk pangan legendaris, seni pertunjukan tradisional, serta ritual yang telah lama menjadi bagian dari identitas bangsa. Dalam upaya internasional ini, Kementerian Kebudayaan memimpin proses pengumpulan dokumen yang melibatkan berbagai pihak terkait.

Pengajuan resmi dilakukan untuk mengakui nilai sejarah dan budaya dari tempe, Teater Mak Yong, serta Jaranan sebagai bagian dari warisan budaya takbenda dunia. Proses ini dimulai dengan dukungan langsung dari komunitas lokal, didukung oleh penelitian mendalam yang mencakup literatur, survei lapangan, hingga dokumentasi visual. Menariknya, pengajuan ini juga melibatkan kerja sama lintas negara seperti Suriname dalam hal Jaranan, yang menunjukkan kesamaan budaya antara kedua bangsa. Pengiriman dokumen nominasi dijadwalkan rampung pada Maret 2025, sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan UNESCO.

Upaya ini mendapat apresiasi dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang menyatakan bahwa pengakuan internasional bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi langkah awal untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya. Sebagai contoh, pembuatan tempe tidak hanya merupakan aktivitas ekonomi, tetapi juga simbol warisan leluhur yang telah dikenal sejak abad ke-16 melalui naskah Serat Centhini. Melalui pengakuan global ini, diharapkan generasi mendatang semakin sadar akan pentingnya melestarikan kekayaan budaya nasional.

Penghargaan terhadap warisan budaya adalah bentuk penghormatan kepada para pendahulu yang telah menciptakan fondasi budaya bangsa. Dengan mendaftarkan elemen-elemen budaya ini ke UNESCO, Indonesia tidak hanya berusaha mempertahankan jati dirinya, tetapi juga berkontribusi kepada keanekaragaman budaya dunia. Langkah ini menunjukkan bahwa budaya tradisional memiliki relevansi abadi dalam konteks modernitas, sehingga dapat memberikan inspirasi bagi semua orang untuk merayakan keindahan keberagaman.