Nilai tukar mata uang Indonesia, rupiah, mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah spekulasi pasar tentang kebijakan bank sentral AS atau The Fed. Pada perdagangan Rabu pagi, kurs rupiah bergerak pada angka Rp16.450 per dolar AS, menunjukkan pelemahan sebesar 0,03%. Kenaikan indeks dolar AS (DXY) menjadi faktor utama tekanan ini, yang meningkat hingga mencapai level 99,5. Situasi ini juga dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas hasil pertemuan perdagangan antara AS dan China serta keputusan suku bunga dari The Fed.
Kenaikan nilai indeks dolar AS membantu mengakhiri penurunan selama tiga hari berturut-turut. Hal ini dipicu oleh kabar baik tentang kemungkinan dimulainya negosiasi perdagangan antara kedua negara besar tersebut. Pertemuan yang akan berlangsung di Swiss melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan perwakilan perdagangan Jamieson Greer dengan mitra mereka dari China. Optimisme ini mendorong penguatan dollar AS dan mempengaruhi pergerakan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Selain itu, para pelaku pasar juga fokus pada kebijakan moneter yang akan diumumkan oleh Federal Reserve. Meskipun secara umum diprediksi bahwa suku bunga tidak akan mengalami perubahan, pedagang tetap waspada terhadap komentar Ketua Fed, Jerome Powell. Ini penting untuk memberikan sinyal arah kebijakan di masa mendatang, khususnya dalam konteks tekanan politik yang semakin meningkat agar bank sentral melonggarkan kebijakan.
Berdasarkan analisis data yang ada, proyeksi dari Mega Capital Sekuritas menyatakan bahwa rupiah cenderung stabil dalam jangka pendek. Mata uang nasional diperkirakan bergerak dalam kisaran Rp16.400 hingga Rp16.500 per dolar AS. Namun, potensi inflasi akibat tarif perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintah AS tetap menjadi perhatian bagi para pelaku pasar.
Pasar mata uang global masih dipenuhi ketidakpastian, terutama terkait langkah-langkah ekonomi dari AS dan China. Di tengah semua ini, stabilitas rupiah bergantung pada respons pemerintah Indonesia terhadap dinamika internasional serta kebijakan domestik yang mampu menjaga daya saing ekonomi nasional.