Berdasarkan penilaian terbaru dari The Economist, kondisi kerja perempuan di berbagai negara mengalami dinamika yang beragam. Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa negara Nordik dan Eropa Barat memberikan lingkungan kerja yang mendukung bagi pekerja wanita. Secara khusus, Islandia telah menjadi contoh terbaik dalam hal ini.
Di bagian lain dunia, terutama di beberapa negara Asia, masih ada tantangan signifikan yang dihadapi oleh pekerja wanita. Norma sosial tertentu sering kali membatasi pilihan antara karier dan kehidupan keluarga. Misalnya, Jepang, Turki, dan Korea Selatan tetap berada di posisi terbawah dalam indeks ini selama lebih dari satu dekade. Ini mencerminkan adanya hambatan struktural yang perlu ditangani untuk menciptakan kesetaraan gender di tempat kerja.
Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih menjadi isu penting. Meskipun secara global angka tersebut tetap stabil sekitar 12%, di beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat, angka ini jauh lebih tinggi. Namun, ada sedikit kemajuan dalam representasi perempuan di level manajerial, yang naik dari 33,5% menjadi 34,1%. Ini menunjukkan adanya langkah-langkah positif menuju kesetaraan, meskipun masih banyak ruang untuk perbaikan.
Penting bagi setiap negara untuk mendorong kebijakan yang mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga. Negara-negara yang berhasil mencapai hal ini, seperti di Skandinavia, telah membuktikan bahwa investasi dalam pendidikan, cuti orang tua yang berkualitas, dan fleksibilitas kerja dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, langkah-langkah progresif ini bukan hanya mendukung hak-hak perempuan, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan sosial.