Berita
Penurunan Arus Mudik di Jawa Timur Tahun 2025
2025-04-04

Pada tahun 2025, jumlah kendaraan yang melintas di wilayah Jawa Timur selama periode mudik Lebaran menunjukkan penurunan sebesar 14,74 persen dibandingkan tahun lalu. Pemantauan ini dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang juga mencatat bahwa moda transportasi kereta api mengalami kenaikan penumpang sementara bus mengalami penurunan. Data ini didapatkan dari pengawasan langsung di pusat kendali transportasi Jawa Timur.

Kondisi Lalu Lintas dan Moda Transportasi Selama Mudik

Dalam suasana penuh ketegangan namun terorganisir dengan baik, arus mudik Lebaran di Jawa Timur pada tahun 2025 menunjukkan tren penurunan signifikan dalam penggunaan jalan raya. Secara spesifik, jumlah kendaraan yang melewati jalur utama hanya mencapai angka 4.260.480 unit, turun dari total 4.997.316 kendaraan pada tahun sebelumnya. Menurut data yang dirilis oleh Emil Elestianto Dardak, puncak arus mudik terjadi dua hari setelah Lebaran (H+2), yaitu pada tanggal 1 April 2025, dengan volume lalu lintas mencapai 573.405 kendaraan.

Di sektor transportasi umum, perubahan tren juga terlihat. Bus yang biasanya menjadi andalan para pemudik mengalami penurunan penumpang hingga 4,07 persen, dengan puncaknya pada H-2 atau 29 Maret 2025. Sebaliknya, kereta api menjadi alternatif populer bagi masyarakat, dengan lonjakan penumpang sebesar 5,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angkutan laut dan udara juga menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi, meskipun tidak sepadat moda darat.

Pengawasan ketat terhadap kondisi lalu lintas dilakukan melalui Jatim Transportation Control Center (JTCC) di Surabaya. Dengan menggunakan teknologi CCTV terintegrasi, Emil dapat memantau secara langsung kondisi jalan provinsi, pelabuhan, serta bandara. “Kami bisa mendeteksi kebutuhan perbaikan infrastruktur dengan lebih cepat,” ujarnya saat kunjungan lapangan pada Kamis (3/4/2025).

Beranjak dari evaluasi arus mudik, pemerintah Jawa Timur kini beralih fokus untuk memastikan kelancaran arus balik. Sinergi antara berbagai instansi diperlukan agar proses kepulangan para pemudik berjalan lancar, termasuk di jalur penyeberangan laut seperti Raas ke Jangkar.

Dari perspektif seorang jurnalis maupun pembaca, informasi ini memberikan gambaran tentang pentingnya adaptasi terhadap pola mobilitas masyarakat. Penurunan minat terhadap mobil pribadi dan bus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kenyamanan, efisiensi waktu, dan biaya. Di sisi lain, meningkatnya popularitas kereta api menunjukkan bahwa investasi pada infrastruktur transportasi publik modern dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat luas. Kesimpulannya, sinergi antara teknologi, infrastruktur, dan koordinasi lintas sektor adalah kunci kesuksesan dalam mengelola arus mudik masa depan.

More Stories
see more