Pada akhir perdagangan Senin (17/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 0,67% ke level 6.471,95. Aktivitas transaksi mencapai Rp 9,74 triliun dengan jumlah saham yang berpindah tangan sebanyak 19,87 miliar unit dalam 1,08 juta transaksi. Kinerja sektor-sektor pasar saham juga menunjukkan tren negatif, kecuali untuk konsumer primer, barang baku, dan energi. Teknologi menjadi sektor yang paling terdampak dengan penurunan hingga 6,92%. Selain itu, saham DCI Indonesia (DCII) menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) sebesar 20%, menandakan volatilitas tinggi di pasar modal Tanah Air.
Ketidakpastian ekonomi global semakin memperburuk kondisi pasar keuangan domestik. Perkembangan risiko resesi di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai "Trumpcession," telah meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar. Proyeksi resesi AS naik dari 30% menjadi 40%, dipicu oleh pelemahan ekonomi kuartalan, penurunan keyakinan konsumen, serta meningkatnya risiko gagal bayar kartu kredit. Di sisi lain, China akan memberlakukan tarif baru terhadap produk pertanian Kanada senilai lebih dari US$ 2,6 miliar, menambah ketegangan dagang global.
Pasar lokal juga dipenuhi sentimen negatif menjelang serangkaian pengumuman penting. Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (19/3/2025), di mana suku bunga diperkirakan tetap dipertahankan di level 5,75%. Statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) dan neraca perdagangan Februari 2025 juga akan dirilis minggu ini. Sementara itu, FTSE Russell akan melakukan rebalancing indeks pada akhir pekan ini, yang dapat memengaruhi performa beberapa saham besar seperti UNVR dan BMTR.
Saham DCII, yang sebelumnya melonjak hampir 400% selama tahun berjalan, kini mengalami pemotongan penguatan menjadi 243%. Penurunan tersebut terjadi setelah saham ini keluar dari papan pemantauan khusus. Dampaknya, DCII menjadi salah satu penyebab utama penurunan IHSG hari ini dengan kontribusi sebesar 47,76 poin. Sebagai tambahan, saham BREN turun 4,98%, berkontribusi 11,56 poin terhadap anjloknya IHSG.
Pergerakan pasar minggu ini diprediksi masih akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sentimen global akan bergeser sesuai dengan keputusan suku bunga dari delapan bank sentral dunia, termasuk The Fed dan BoJ. Pelaku pasar juga memperhatikan data ekonomi dari China, seperti tingkat pengangguran dan penjualan ritel, serta potensi balasan tarif terhadap Amerika Serikat. Secara domestik, stabilitas nilai tukar rupiah dan pandangan BI tentang kondisi ekonomi nasional akan menjadi sorotan utama.
Kondisi pasar saham Indonesia masih rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. Para analis memprediksi bahwa rebound wall street pada pekan lalu hanya membuka ruang terbatas bagi bursa saham domestik untuk menguat. Dengan adanya banyak agenda penting baik di tingkat regional maupun global, para investor perlu waspada terhadap kemungkinan fluktuasi harga yang lebih besar. Rebalancing indeks FTSE dan potensi perubahan komposisi portofolio investasi asing dapat menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi arah IHSG ke depannya.