Di balik sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Malang Raya, sosok Karaeng Galesong menjadi salah satu tokoh penting yang sering terlewatkan. Putra Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Gowa Tallo ini dikenal sebagai pejuang dan penyebar agama Islam di Jawa Timur pada abad ke-17. Setelah mengalami kekalahan melawan Belanda dalam Perjanjian Bongaya, Karaeng Galesong mendapat izin dari ayahnya untuk melanjutkan perjuangan di Pulau Jawa. Bersama Untung Suropati dan Trunojoyo, dia membuka jalur perlawanan sambil menyebarkan ajaran Islam di pedalaman Jawa Timur hingga akhir hayatnya di wilayah Ngantang, Kabupaten Malang.
Berawal dari latar belakang sebagai seorang laksamana angkatan laut Kesultanan Gowa, Karaeng Galesong memiliki pengaruh besar dalam sejarah perjuangan melawan kolonialisme. Menurut Najib Jauhari, sejarawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Karaeng Galesong merupakan putra Sultan Hasanuddin yang turut serta dalam perang melawan VOC Belanda di Sulawesi Selatan. Setelah kekalahan dalam Perjanjian Bongaya, Karaeng Galesong meminta izin kepada ayahnya untuk melanjutkan perjuangan di Pulau Jawa.
Dalam perjalanannya, Karaeng Galesong bergabung dengan pasukan Untung Suropati di Pasuruan. Jalur pertempuran mereka mencakup wilayah Pasuruan, Malang, hingga Kediri melalui Pegunungan Putri Tidur. Jalur tersebut tidak hanya digunakan untuk perlawanan terhadap penjajah Belanda tetapi juga menjadi medium penyebaran ajaran Islam di pedalaman Jawa Timur.
Karaeng Galesong meninggal dunia di puncak bukit yang kini berada di Dusun Kebonsari, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Makamnya diyakini sebagai salah satu makam tertua di wilayah Malang Raya. Lokasi tersebut menjadi saksi bisu bagaimana sosok Karaeng Galesong menetap di daerah tersebut dan membentuk komunitas Bugis yang masih eksis hingga saat ini.
Najib Jauhari menjelaskan bahwa di sekitar makam Karaeng Galesong terdapat keturunan-keturunan Bugis Makassar yang ikut berperang melawan Belanda. Komunitas ini membuktikan bahwa jejak sejarah Karaeng Galesong tidak hanya berupa makam tetapi juga warisan budaya yang hidup hingga kini.
Selain makam Karaeng Galesong, ada beberapa situs lain yang menunjukkan pentingnya penyebaran Islam di Malang Raya, seperti makam di Sengguruh (abad ke-16) dan Sentono di Kasembon (abad ke-15). Semua ini menunjukkan bahwa Malang Raya telah menjadi pusat penting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
Jejak sejarah Karaeng Galesong di Malang Raya memberikan pelajaran tentang perpaduan antara perjuangan fisik melawan penjajah dan upaya spiritual dalam menyebarkan agama. Warisan ini menjadi pengingat akan kontribusi masyarakat Bugis dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.