Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia seni telah memicu kontroversi di berbagai kalangan. Di tengah perhatian publik terhadap isu ini, sebuah kabar viral yang menyebutkan larangan Studio Ghibli terhadap penggunaan AI untuk meniru gaya animasi mereka ternyata tidak benar. Berawal dari unggahan salah satu akun di platform X (sebelumnya Twitter), informasi tersebut langsung mengundang perhatian luas di media sosial.
Misinformasi sering kali berkembang pesat di era digital seperti saat ini. Dalam kasus ini, surat palsu yang diduga dikeluarkan oleh Studio Ghibli menjadi sorotan utama. Media Jepang IT Media memberikan klarifikasi bahwa surat tersebut adalah hoaks, dengan rincian bahwa entitas hukum bernama "Sakura & Hoshino LLP" yang disebut-sebut sebagai penasihat hukum Studio Ghibli tidak dapat diverifikasi secara resmi. Hal ini mencerminkan betapa mudahnya informasi tidak akurat tersebar tanpa validasi yang tepat.
Dibalik kontroversi ini, ada pembelajaran penting tentang pentingnya kehati-hatian dalam menerima informasi di dunia maya. Fenomena penggunaan AI untuk menghasilkan karya seni tetap menjadi topik hangat yang melibatkan diskusi mendalam tentang hak cipta, etika, dan apresiasi terhadap karya orisinal. Alih-alih berfokus pada konflik, kita sebaiknya mendorong sikap saling hormat dan menghargai nilai-nilai seni tradisional serta inovasi teknologi.