Pasar
Perubahan Kepemimpinan dan Strategi Dividen di BNI
2025-03-26

Pada hari Rabu, 26 Maret 2025, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk membahas tujuh agenda penting. Salah satu sorotan utama rapat ini adalah perubahan kepemimpinan dalam struktur direksi bank pelat merah tersebut. Direktur Utama saat ini, Royke Tumilaar, yang menjabat sejak 2020, akan mengakhiri masa jabatannya. Nama Wakil Direktur Utama Putrama Wahju Setyawan muncul sebagai kandidat kuat pengganti Royke. Selain itu, pembagian dividen dengan rasio yang diperkirakan mencapai 55%-60% dari laba tahun buku 2024 juga menjadi topik penting. Rencana buyback saham senilai maksimum Rp1,5 triliun turut dibahas dalam acara tersebut.

Penggantian Kepemimpinan dan Agenda Penting dalam RUPST BNI

Pada pagi hari di Menara BNI, sebuah pertemuan besar antara pemegang saham dan manajemen tingkat tinggi BNI berlangsung di tengah ekspektasi pasar yang tinggi. Dalam suasana formal namun penuh antisipasi, para peserta memfokuskan perhatian pada agenda perubahan susunan direksi. Royke Tumilaar, sosok yang telah memimpin BNI selama lima tahun terakhir, dipastikan akan mengundurkan diri setelah periode kepengurusannya berakhir. Sebagai pengganti, nama Putrama Wahju Setyawan disebut-sebut memiliki peluang besar karena pengalaman panjangnya di bidang perbankan, termasuk posisi sebagai direktur utama PT Jaminan Kredit Indonesia.

Jika Putrama resmi mengambil alih kursi kepemimpinan, tiga posisi lain dalam jajaran direksi akan kosong. Ini termasuk posisi Direktur Keuangan Novita Widya Anggraini yang kembali ke Bank Mandiri serta Mucharom yang bergeser ke BRI sebagai direktur manajemen risiko. Di sisi lain, pembagian dividen menjadi daya tarik bagi investor. Direksi memproyeksikan pembagian dividen tunai sebesar Rp 12,88 hingga Rp 13,95 triliun, atau setara Rp 316 hingga Rp 345 per lembar saham. Rencana buyback saham senilai maksimum Rp1,5 triliun juga menjadi strategi untuk meningkatkan nilai saham BNI yang sempat tertekan akibat sentimen negatif global.

Corporate Secretary Okki Rushartomo menjelaskan bahwa meskipun performa operasional BNI kuat hingga bulan Oktober 2024, harga saham BBNI tetap mengalami penurunan signifikan akhir tahun lalu. Hal ini dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan kondisi makroekonomi domestik, seperti pelemahan kurs rupiah dan isu likuiditas.

Dari perspektif jurnalis, perubahan kepemimpinan di BNI mencerminkan siklus alami dalam dunia bisnis nasional. Kehadiran figur baru seperti Putrama memberikan harapan segar bagi transformasi institusi ini. Secara strategis, keputusan tentang dividen dan buyback saham dapat merevitalisasi minat investor lokal maupun internasional. Ini juga menjadi pelajaran bahwa stabilitas eksternal dan internal harus selaras untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan suatu perusahaan.

More Stories
see more