Pada awal tahun 2025, Perum Bulog mencatat peningkatan signifikan dalam proses penyerapan gabah kering panen (GKP) dari para petani di seluruh Indonesia. Dengan total lebih dari 725.000 ton setara beras yang telah terserap hingga Maret, capaian ini menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional serta mendukung kesejahteraan petani melalui pembelian dengan harga sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp6.500 per kilogram GKP.
Dalam usaha besar menjaga cadangan pangan bangsa, Perum Bulog bekerja sama erat dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk kelompok tani (Gapoktan), penggilingan beras, pemerintah daerah, TNI, dan POLRI. Proses ini dipimpin langsung oleh Prihasto Setyanto, Direktur Pengadaan Bulog, yang mengungkapkan bahwa pencapaian ini sejalan dengan target yang ditetapkan pemerintah. Program penyerapan ini tidak hanya fokus pada volume, tetapi juga menjamin mutu hasil panen melalui edukasi kepada petani tentang waktu panen yang tepat.
Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Sudaryono, memberikan apresiasi atas kerja keras tim Bulog dalam mendukung petani. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bentuk nyata komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan nilai tukar petani (NTP) dan memastikan stabilitas harga pasar. Dengan harga Rp6.500 per kilogram GKP, para petani dapat merasakan manfaat langsung dari jerih payah mereka tanpa khawatir rugi.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menyampaikan bahwa koordinasi lintas sektor sangat penting untuk memuluskan operasi penyerapan di tingkat regional. Melalui sinergi yang baik antara semua pihak, Bulog berharap dapat terus berkontribusi pada visi swasembada pangan yang kuat.
Dari perspektif jurnalis, langkah ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara institusi negara dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan. Selain memberikan perlindungan ekonomi bagi petani, inisiatif ini juga menunjukkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasokan pangan di tengah dinamika global. Melalui pendekatan yang inklusif dan transparan, harapan besar terbuka untuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih sejahtera dan mandiri.