Pasar
Perusahaan Tambang Emas Grup Salim Menghadapi Tantangan Keuangan di Awal 2025
2025-05-06
Jakarta, Bisnis Indonesia – Salah satu perusahaan tambang emas yang berada di bawah naungan Grup Salim, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), mengalami kerugian besar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Kondisi ini menjadi sorotan publik karena penurunan signifikan terhadap kinerja keuangan yang sebelumnya menunjukkan hasil positif.

Kegagalan Operasional dan Regulasi Baru: Ancaman Terbesar bagi AMMN

Dalam laporan terbarunya, perusahaan menyoroti tantangan utama yang memengaruhi performa bisnisnya. Penurunan produksi tembaga dan emas serta regulasi baru menjadi faktor utama dari situasi sulit yang dialami oleh AMMN.

Penurunan Drastis Penjualan Tembaga dan Emas

Berbeda dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, penjualan tembaga AMMN mencatat penurunan hampir total, yaitu 99,92%. Angka ini jatuh dari US$ 310 juta menjadi hanya US$ 247 ribu. Hal serupa juga terjadi pada penjualan emas, yang turun 99,35% dari US$ 291 juta menjadi US$ 1,88 juta.

Situasi ini disebabkan oleh tidak adanya volume penjualan selama kuartal pertama tahun 2025. Produksi pertama katoda tembaga baru dimulai di akhir Maret 2025, sehingga tidak ada kontribusi langsung terhadap pendapatan perusahaan pada periode tersebut.

Tantangan Regulasi dan Dampaknya pada Industri Pertambangan

Di samping masalah operasional, AMMN juga harus berhadapan dengan perubahan regulasi yang diperkenalkan oleh pemerintah. Skema royalti progresif yang baru-baru ini diberlakukan telah menyebabkan kenaikan tarif yang signifikan. Ini tentu saja mempengaruhi margin keuntungan perusahaan serta industri mineral dan pertambangan secara keseluruhan di Indonesia.

Alexander Ramlie, Presiden Direktur AMMAN, menegaskan bahwa perusahaan akan berusaha meningkatkan efisiensi operasional untuk mengatasi dampak regulasi ini. "Kami akan terus berinovasi agar tetap kompetitif di pasar global," ujarnya melalui pernyataan resmi.

Peningkatan Aset dan Lonjakan Utang

Meskipun mengalami kerugian besar, aset perusahaan masih menunjukkan peningkatan sebesar 6%, menjadi US$ 11,79 miliar. Namun, ini juga diiringi dengan lonjakan utang sebesar 20%, yang kini mencapai US$ 5,12 miliar. Sementara itu, ekuitas perusahaan mengalami kontraksi sebesar 3%, turun menjadi US$ 5,07 miliar.

Lonjakan utang ini menjadi indikator bahwa perusahaan sedang melakukan investasi besar-besaran untuk menjaga kelangsungan operasionalnya di masa mendatang. Langkah ini diyakini sebagai strategi jangka panjang untuk memperbaiki performa keuangan.

Harapan untuk Pemulihan Kinerja Keuangan

Mulai beroperasinya smelter pada akhir Maret 2025 memberikan harapan baru bagi AMMN. Perusahaan optimistis bahwa produksi yang lebih tinggi akan membawa peningkatan signifikan terhadap pendapatan di kuartal-kuartal berikutnya.

Pengembangan teknologi dan optimalisasi proses produksi menjadi fokus utama perusahaan untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan. Selain itu, upaya mitigasi risiko terhadap regulasi baru juga terus dilakukan demi menjaga stabilitas bisnis.

More Stories
see more