Munculnya kebijakan tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) memicu perhatian serius terhadap stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia. Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, optimistis bahwa tim ekonomi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dapat mengatasi tantangan ini dengan strategi yang tepat. Menurutnya, langkah-langkah konsolidasi diperlukan untuk melindungi sektor ekspor nasional dari potensi tekanan akibat kebijakan tersebut. Misbakhun menekankan pentingnya kerjasama lintas pemangku kepentingan dalam menyusun strategi mitigasi risiko.
Kebijakan yang dikenal sebagai "Trump 2.0" diprediksi akan memberikan dampak signifikan pada perdagangan antara Indonesia dan AS. Pada tahun lalu, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai USD26,4 miliar, atau setara dengan 9,9% dari total ekspor nasional. Sektor industri padat karya seperti tekstil, garmen, alas kaki, minyak sawit, dan elektronik menjadi kontributor utama. Namun, kebijakan tarif tambahan dapat meningkatkan biaya produk-produk ini di pasar AS, sehingga berpotensi menurunkan daya saing barang-barang buatan Indonesia. Oleh karena itu, efisiensi biaya produksi menjadi salah satu solusi yang harus ditingkatkan agar produk Indonesia tetap kompetitif.
Penerapan kebijakan tarif baru di AS juga bisa berdampak langsung pada pendapatan negara melalui APBN. Perusahaan-perusahaan yang fokus pada ekspor mungkin mengalami penurunan laba, yang selanjutnya berpengaruh pada pembayaran pajak mereka kepada negara. Mengingat pentingnya sektor ekspor bagi penerimaan negara, maka target penerimaan pajak dan bea masuk perlu dikaji ulang guna menyesuaikan dengan dinamika global. Dengan sikap proaktif dan strategi adaptasi yang cermat, Indonesia dapat menjaga ketahanan ekonominya di tengah gejolak internasional.
Perubahan kebijakan perdagangan global tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga peluang bagi Indonesia untuk memperkuat struktur ekonominya. Melalui kolaborasi lintas sektor dan inovasi dalam proses produksi, Indonesia dapat mempertahankan posisi strategis di pasar global. Kesadaran akan pentingnya efisiensi dan diversifikasi pasar ekspor akan menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.