Para aktivis dari berbagai wilayah di Amerika Serikat dan Eropa menggelar demonstrasi menentang CEO Tesla, Elon Musk. Mereka merasa Musk telah menggunakan posisi sebagai penasihat utama Presiden Donald Trump untuk memperkuat pengaruhnya secara tidak proporsional dalam pemerintahan. Aksi protes ini juga mencakup tuntutan penutupan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dinilai banyak memangkas anggaran federal. Kelompok aktivis lingkungan Planet Over Profit menyatakan bahwa kebijakan Musk membahayakan demokrasi dan keberlangsungan hidup.
Demonstrasi melibatkan ratusan peserta di kota-kota seperti Manhattan, Washington DC, hingga Paris. Beberapa poster menyerukan agar Musk dikirim ke Mars. Selain itu, aksi vandalisme terhadap kendaraan Tesla dan fasilitas perusahaan telah terjadi selama beberapa pekan. Jaksa Agung AS, Pam Bondi, mengecam serangan-serangan tersebut sebagai bentuk "terorisme domestik". Hingga saat ini, Tesla belum memberikan tanggapan resmi atas rangkaian protes ini.
Banyak aktivis meyakini bahwa kebijakan Musk yang mendukung pemotongan besar-besaran anggaran pemerintah telah membahayakan sistem demokrasi di negara-negara barat. Mereka juga mengkritik sikap Musk yang tampak semakin politis sejak menjadi penasihat Presiden Trump. Pendapat ini diperkuat oleh kelompok aktivis lingkungan Planet Over Profit yang memandang Musk sebagai ancaman bagi keberlangsungan ekosistem sosial-politik.
Amy Neifeld, seorang psikolog senior, menyampaikan keprihatinannya tentang arah kebijakan Musk yang ia yakini dapat mengarah pada fasisme. Ia menjelaskan, "Sebagai seseorang yang pernah melawan Perang Vietnam, saya merasakan ada kesamaan pola otoritarian dalam tindakan Musk saat ini." Eva Mueller, seorang aktivis lainnya, menambahkan bahwa Musk telah bertindak layaknya wakil presiden tanpa otoritas formal. Demonstrasi di berbagai lokasi seperti New York, London, dan Berlin menunjukkan adanya konsensus global terhadap isu ini. Kelompok-kelompok ini menekankan perlunya langkah konkret untuk mengurangi pengaruh Musk dalam ranah politik.
Tindakan protes terhadap Musk tidak hanya berupa demonstrasi damai, tetapi juga mencakup aksi vandalisme terhadap kendaraan dan fasilitas Tesla. Hal ini menunjukkan intensitas emosi masyarakat yang merasa dirugikan oleh kebijakan Musk. Para pendemo memandang bahwa Musk telah menggunakan posisi strategisnya untuk melemahkan institusi-institusi penting di bawah naungan DOGE.
Raf, seorang aktivis di Paris, menyatakan bahwa Musk bersama Trump telah melanggar prinsip-prinsip dasar negara dengan memecat individu-individu yang bekerja di lembaga-lembaga vital. Ini memicu reaksi keras dari masyarakat luas, termasuk seruan agar Musk meninggalkan Bumi dan dikirim ke Mars. Situasi ini bahkan memunculkan respons dari Jaksa Agung AS, Pam Bondi, yang menilai serangan fisik terhadap properti Tesla sebagai bentuk "terorisme domestik". Meskipun protes semakin meluas, Tesla sendiri masih diam tanpa memberikan komentar resmi. Dalam konteks ini, dampak jangka panjang dari gerakan ini terhadap reputasi Musk dan Tesla tetap menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab.