Pasar
Penurunan Kelas Menengah di Indonesia: Dampaknya pada Transaksi Digital dan Daya Beli
2025-03-29

Kelompok masyarakat kelas menengah di Indonesia menghadapi tantangan signifikan, dengan banyak anggotanya turun ke kategori rentan miskin. Data statistik menunjukkan penurunan jumlah kelas menengah dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi hanya 47,85 juta orang pada 2024. Sebaliknya, kelompok rentan miskin meningkat secara drastis. Fenomena ini tercermin dalam transaksi digital seperti QRIS yang melandai di beberapa bank, mencerminkan perubahan pola konsumsi.

Sementara itu, data dari berbagai bank menunjukkan tren penurunan transaksi elektronik sejak Juni hingga Agustus 2024. Bank Jatim mencatat anjloknya nominal transaksi QRIS, meskipun ada pertumbuhan jika dilihat dari delapan bulan terakhir. Selain itu, daya beli yang melemah membuat nasabah mengalihkan pengeluaran mereka ke barang-barang esensial, sementara pengeluaran untuk hiburan dan restoran menurun.

Penurunan Transaksi Digital sebagai Indikator Ekonomi

Data transaksi digital menjadi cerminan nyata dari kondisi ekonomi masyarakat. Penurunan tajam transaksi QRIS di Bank Jatim, misalnya, menunjukkan bahwa kelompok masyarakat kelas menengah mulai membatasi pengeluaran mereka. Meskipun ada pertumbuhan transaksi secara keseluruhan, tren penurunan pada periode tertentu tetap mencerminkan adanya deflasi inti dan perubahan perilaku konsumen.

Bank Jatim mencatat penurunan nominal transaksi QRIS Merchant dari Rp176,30 miliar pada Juni 2024 menjadi hanya Rp130,51 miliar pada Agustus. Meskipun ada kenaikan kecil dibandingkan Juli, tren ini tetap mengkhawatirkan. Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, menjelaskan bahwa penurunan ini berlangsung sejak Mei, berbarengan dengan deflasi inti yang berlangsung empat bulan berturut-turut. Namun, dia juga menyoroti bahwa transaksi melalui tabungan digital, seperti J Connect mobile dan kartu debit, masih menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat beralih ke metode pembayaran yang lebih hemat biaya.

Dampak Melemahnya Daya Beli pada Sektor Perbankan

Melemahnya daya beli masyarakat tidak hanya mempengaruhi transaksi digital, tetapi juga sektor perbankan lainnya. Beberapa bank melaporkan penurunan signifikan dalam tabungan yang terkumpul dan nilai transaksi nasabah. Bank Oke Indonesia (OK Bank), misalnya, mencatat penurunan tabungan sebesar 12% secara tahunan. Pola transaksi juga berubah, dengan pengeluaran lebih difokuskan pada kebutuhan dasar seperti bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga.

Bank BJB juga merasakan dampak dari tren penurunan konsumsi kelas menengah. Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menjelaskan bahwa meskipun frekuensi transaksi masih bertumbuh, nilai transaksinya telah menurun. Contohnya, sebelumnya nasabah dapat membeli 10 barang dengan uang Rp100 ribu, namun kini hanya bisa membeli 8-9 barang dengan nominal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi dan pelemahan daya beli telah memberikan tekanan besar pada konsumen.

Di sisi lain, Bank swasta terbesar di Indonesia, BCA, melaporkan bahwa meskipun kredit retail terdampak, kredit konsumsi seperti KPR dan KKB tetap bertumbuh karena suku bunga yang rendah. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyampaikan bahwa kredit pemilikan rumah dan kendaraan bermotor tetap kuat, meskipun sektor lain mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa walaupun daya beli melemah, masyarakat masih memprioritaskan investasi jangka panjang seperti properti dan transportasi.

More Stories
see more