Nilai tukar rupiah saat ini mengalami penurunan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), khususnya menjelang hari raya. Penguatan mata uang AS, atau yang lebih dikenal sebagai DXY, telah memengaruhi banyak mata uang regional, termasuk rupiah. Menurut laporan dari Bank Indonesia, pelemahan ini dipicu oleh permintaan tinggi akan dolar AS di dalam negeri untuk pembayaran utang dan dividen. Selain itu, ada juga perpindahan aset ke USD oleh investor asing menjelang liburan panjang. Bank Indonesia siap melakukan intervensi pasar jika diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Pada hari-hari mendekati hari raya, penguatan dolar AS telah membawa dampak besar bagi sejumlah mata uang Asia, salah satunya adalah rupiah. Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, situasi ini disebabkan oleh lonjakan indeks DXY yang mencapai level 104,32 pada perdagangan terakhir. Peningkatan ini berdampak langsung pada kurs rupiah yang turun hingga menyentuh angka Rp16.640 per dolar AS, menjadi yang terendah dalam catatan sejarah.
Selain faktor eksternal, kondisi domestik juga berperan penting dalam pelemahan rupiah. Saat ini, kebutuhan akan dolar AS meningkat pesat karena adanya pembayaran dividen dan utang yang harus dilakukan oleh berbagai entitas bisnis dan pemerintah. "Ada permintaan nyata untuk dolar AS terkait repatriasi modal dan pembayaran lainnya," jelas Edi kepada media.
Dari sisi pasar, aktivitas jual bersih oleh investor asing selama tujuh hari terakhir juga menambah tekanan pada mata uang lokal. Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, menjelaskan bahwa para pelaku pasar tampaknya sedang memindahkan portofolio mereka ke aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS. "Tren ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kebutuhan likuiditas tambahan menjelang akhir kuartal pertama," tambah Fikri.
Bank Indonesia tetap waspada terhadap perkembangan ini dan siap untuk melakukan langkah-langkah intervensi guna memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan valuta asing di pasar. "Kami terus aktif di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ungkap Edi.
Meskipun situasi ini cukup menantang, langkah-langkah yang diambil oleh otoritas moneter diharapkan dapat meredam volatilitas rupiah dalam waktu dekat. Keberanian BI untuk masuk ke pasar secara agresif menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga keyakinan investor terhadap stabilitas ekonomi nasional. Dengan demikian, harapan masih tetap terbuka bagi rupiah untuk pulih setelah periode ini berlalu.