Gaya Hidup
Sejarah Kota Depok: Asal Usul Nama dan Peran Penting Cornelis Chastelein
2025-03-20

Kota Depok, salah satu kota satelit Jakarta yang berada di Provinsi Jawa Barat, memiliki sejarah menarik terkait asal-usul namanya. Sebelum menjadi pusat perkotaan modern dengan populasi hampir 2 juta jiwa, Depok pernah menjadi bagian dari Keresidenan Daerah sekitar Jakarta pada masa penjajahan Belanda. Nama Depok sendiri ternyata merupakan singkatan dari bahasa Belanda yang berkaitan dengan komunitas Kristen Protestan pertama di wilayah tersebut. Selain itu, sosok Cornelis Chastelein, seorang pegawai VOC yang sukses secara finansial, juga memainkan peran penting dalam sejarah ini melalui pengelolaannya atas tanah-tanah luas di Batavia.

Pengungkapan Sejarah Depok dan Peran Cornelis Chastelein

Dalam catatan sejarah, Depok awalnya dikenal sebagai pusat administratif Residensi Ommelanden van Batavia pada tahun 1949. Nama Depok berasal dari singkatan De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, yang berarti "Organisasi Kristen Protestan Pertama" dalam bahasa Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kontribusi Cornelis Chastelein, seorang pegawai VOC yang aktif selama dua dekade. Pria kelahiran tahun 1658 ini mulai bekerja sebagai pengawas gudang dan kemudian naik pangkat hingga menjadi saudagar utama serta anggota Dewan Kota Batavia.

Berkat penghasilan bulanan yang mencapai 200-350 gulden, Chastelein berhasil mengumpulkan kekayaan besar. Daripada menyia-nyiakan uangnya, dia menggunakan pendapatannya untuk membeli lahan-lahan strategis di sekitar Batavia. Pada tahun 1693, dia memperoleh tanah pertamanya di Weltevreden (sekarang Gambir) yang digunakan untuk menanam tebu. Dua tahun kemudian, setelah pensiun dari VOC, dia membeli tanah lain di Serengseng (sekarang Lenteng Agung), di mana dia menjalani hidup baru bersama keluarganya dan budak-budaknya.

Selain itu, Chastelein juga sangat peduli terhadap hak asasi manusia. Dia membebaskan semua budaknya, memberikan mereka kebebasan penuh untuk mengelola rumah besar dan perkebunan di Mampang serta Depok. Lahan-lahan ini menghasilkan komoditas bernilai tinggi seperti tebu, lada, pala, dan kopi. Tiga bulan sebelum meninggal pada tahun 1714, Chastelein membuat surat wasiat yang menyebutkan bahwa hartanya akan dibagikan kepada keluarga dan bekas budak-budaknya. Tanah-tanah tersebut kemudian difungsikan sebagai tempat penyebaran agama Kristen, sehingga muncul nama Depok sebagai singkatan dari komunitas tersebut.

(Dalam perkembangan zaman, Depok tetap menjadi nama wilayah yang dikenal hingga saat ini, meskipun ada interpretasi baru tentang artinya.)

Dari perspektif sejarah, kisah Depok mengajarkan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana serta perlunya memperlakukan sesama dengan rasa hormat dan keadilan. Cornelis Chastelein menunjukkan bahwa kekayaan bukan hanya soal materi, tetapi juga tentang bagaimana kita membagikannya demi kesejahteraan orang lain. Inspirasi ini relevan hingga hari ini, di mana kesetaraan dan keberlanjutan menjadi isu global yang mendesak.

More Stories
see more