Pasar
Situasi Ekonomi Global Mempengaruhi Pelemahan Rupiah
2025-03-12

Pada hari Rabu (12/3/2025), rupiah mengalami pelemahan signifikan terhadap dolar AS. Faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini adalah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Kanada, serta antisipasi terhadap data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS. Secara umum, sentimen pasar global saat ini dipenuhi oleh kekhawatiran terkait inflasi dan perlambatan ekonomi. Selain itu, indeks dolar AS (DXY) juga menunjukkan kenaikan, yang berdampak langsung pada tekanan terhadap mata uang negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Pelemahan rupiah tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal, tetapi juga oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter di masa mendatang. Dengan target IHK AS yang masih jauh dari harapan bank sentral AS, ada kemungkinan bahwa DXY akan tetap tinggi, sehingga memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah. Namun, para analis percaya bahwa situasi ini bersifat sementara dan kondisi pasar dapat pulih dalam waktu dekat.

Ketegangan Perdagangan Antar Negara Berkembang

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Kanada telah menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan pelemahan rupiah. Presiden AS, Donald Trump, meningkatkan tarif dagang terhadap produk baja dan aluminium impor dari Kanada, yang menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Langkah ini tidak hanya memengaruhi hubungan dagang kedua negara tersebut, tetapi juga merembet ke pasar-pasar lainnya.

Ketegangan perdagangan ini mencerminkan eskalasi perang dagang yang semakin intens. Ancaman tambahan tarif oleh Kanada sebagai respons terhadap tindakan Trump menunjukkan bahwa konflik dagang ini bisa berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini membuat investor khawatir tentang dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Ketidakpastian ini juga memperburuk performa rupiah, karena investor cenderung beralih ke aset-aset safe haven seperti dolar AS.

Antisipasi Data IHK AS dan Implikasinya

Selain ketegangan perdagangan, pelaku pasar juga sedang menunggu keluarnya data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk periode Februari 2025. Ekspektasi pasar adalah penurunan laju inflasi dari 3% menjadi 2,9% secara year-on-year (yoy). Jika hasil akhirnya sesuai dengan prediksi atau bahkan lebih rendah dari perkiraan, maka hal ini dapat memperkuat posisi dolar AS di pasar internasional.

Data IHK yang melandai dari target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2% berpotensi menjaga DXY tetap stabil atau bahkan naik lebih jauh. Hal ini akan memberikan tekanan lebih besar pada rupiah, yang sudah melemah akibat faktor eksternal lainnya. Meskipun demikian, para ahli seperti Ralph Birger Poetiray dari Bank Mega optimistis bahwa pasar akan kembali normal dalam beberapa waktu ke depan. Normalisasi ini diyakini akan mengikuti tren DXY dan UST 10 tahun, yang merupakan indikator penting bagi stabilitas nilai tukar mata uang global.

More Stories
see more