PT RMK Energy Tbk (RMKE), perusahaan yang bergerak di sektor transportasi batubara, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 11,1% secara year on year (yoy) pada tahun 2024. Meskipun mengalami penurunan pendapatan dan beban pokok pendapatan yang lebih rendah, perusahaan tetap optimistis dengan rencana ekspansi infrastruktur dan strategi efisiensi operasionalnya. Peningkatan volume layanan pemuatan serta penjualan batubara menjadi fokus utama dalam mencapai target pertumbuhan di masa mendatang.
Pada tahun 2024, RMK Energy mencatatkan kinerja finansial yang mengalami penurunan dari sisi laba bersih dan pendapatan. Secara keseluruhan, penurunan ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga batubara yang signifikan pada kuartal keempat. Namun, langkah-langkah efisiensi yang diambil oleh perusahaan membantu memitigasi dampak negatif terhadap performa operasionalnya.
Dalam laporan keuangan hingga akhir Desember 2024, laba bersih RMK Energy tercatat sebesar Rp274,7 miliar, turun dibandingkan dengan Rp308,9 miliar pada tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh harga batubara yang menurun sebesar 19,6% yoy pada periode tersebut. Pendapatan perseroan juga mengalami penurunan sebesar 3,5%, dari Rp2,55 triliun di tahun 2023 menjadi Rp2,46 triliun pada tahun 2024. Sementara itu, beban pokok pendapatan mengalami peningkatan positif, turun dari Rp2,06 triliun menjadi Rp2 triliun. Komposisi pendapatan terbesar berasal dari segmen penjualan sebesar 69,5%, sementara sisanya dari jasa batubara sebesar 30,5%. Dengan demikian, meskipun menghadapi tantangan pasar, RMK Energy berhasil menjaga stabilitas kinerjanya melalui upaya pengendalian biaya dan optimalisasi operasional.
Menghadapi tantangan pasar, RMK Energy telah menyiapkan serangkaian strategi guna meningkatkan kinerja ke depannya. Fokus utama adalah ekspansi infrastruktur dan transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Target peningkatan volume layanan pemuatan serta penjualan batubara menjadi indikator penting dalam pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan.
Presiden Direktur RMK Energy, Vincent Saputra, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan volume layanan pemuatan batubara mencapai 11,2 juta ton serta penjualan batubara sebesar 3,8 juta ton di tahun-tahun mendatang. Untuk mendukung pencapaian ini, RMK Energy berencana mengembangkan jalur hauling di Muara Enim dan Lahat serta meningkatkan kapasitas fasilitas logistik. Selain itu, perusahaan mulai mengadopsi penggunaan energi listrik PLN sebagai alternatif pengganti bahan bakar diesel, sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi operasional. Posisi aset perusahaan juga mengalami peningkatan, dari Rp2,25 triliun pada tahun lalu menjadi Rp2,37 triliun pada akhir 2024. Liabilitas dan ekuitas masing-masing tercatat sebesar Rp642,24 triliun dan Rp1,73 triliun. Melalui strategi ini, RMK Energy berharap dapat memperkuat posisinya di industri pertambangan dan transportasi batubara.