Pasar
Situasi Geopolitik dan Kebijakan OPEC+ Mempengaruhi Harga Minyak Global
2025-03-31

Pasar minyak global mengalami volatilitas pada awal perdagangan bulan April 2025. Meskipun adanya ancaman tarif dari Amerika Serikat terhadap pembeli minyak Rusia, harga minyak justru melemah. Ketidakpastian kebijakan AS serta rencana peningkatan produksi oleh OPEC+ menjadi pemicu utama pergerakan harga ini. West Texas Intermediate (WTI) ditutup di level US$73,49 per barel, sementara harga Brent berada di sekitar US$72 hingga US$73 per barel.

Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi mulai April dan potensi pengurangan harga jual minyak Arab Saudi ke Asia menjadi faktor tambahan yang menekan harga. Selain itu, masalah negosiasi antara Irak dan Turki serta ketegangan geopolitik dengan Iran memperumit situasi pasar energi dunia.

Dampak Ancaman Tarif AS dan Ketegangan Geopolitik

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia berdampak signifikan pada dinamika harga minyak global. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif sekunder bagi pembeli minyak Rusia sebagai langkah tekanan terhadap Moskow dalam kaitannya dengan konflik Ukraina. Aksi ini seharusnya mendukung harga minyak, tetapi skeptisisme pelaku pasar terhadap implementasi kebijakan tersebut membuat efeknya terbatas.

Trump mempertimbangkan tarif sebesar 25% hingga 50%, meskipun realisasinya masih dipertanyakan. Para analis seperti Yuki Takashima dari Nomura Securities menyatakan bahwa keraguan tentang keberlanjutan kebijakan ini, ditambah dengan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi, membuat investor lebih berhati-hati. Dalam kondisi ini, harga minyak WTI diperkirakan tetap stabil di rentang US$65 hingga US$75 per barel dalam waktu dekat.

Tarif sekunder yang diusulkan oleh Trump bertujuan untuk menekan Rusia agar menghentikan aktivitas militer di Ukraina. Namun, banyak pihak yang meragukan apakah langkah ini benar-benar dapat dilaksanakan secara efektif tanpa memicu konsekuensi ekonomi yang lebih luas. Sebagai contoh, jika tarif diberlakukan, beberapa negara pembeli minyak Rusia mungkin akan mencari alternatif suplai, yang dapat memengaruhi stabilitas pasar global. Selain itu, ancaman terhadap program nuklir Iran juga menambah ketidakpastian di sektor energi, sehingga volatilitas harga minyak cenderung berlanjut.

Rencana OPEC+ dan Dinamika Pasar Regional

OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah merencanakan kenaikan produksi minyak secara bertahap mulai bulan April. Kebijakan ini bertujuan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan global, namun dampaknya dapat menekan harga dalam beberapa bulan ke depan. Arab Saudi juga diprediksi akan menurunkan harga jual resmi minyaknya ke Asia pada Mei, seiring dengan penurunan harga acuan global selama bulan Maret.

Selain kebijakan OPEC+, kendala negosiasi antara Irak dan Turki terkait ekspor minyak Kurdistan turut mempengaruhi aliran suplai. Masalah pembayaran dan kontrak menjadi penghalang utama yang menghambat distribusi minyak dari wilayah tersebut ke pelabuhan Ceyhan di Mediterania. Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan regional yang dapat berdampak langsung pada pasar minyak global.

Peningkatan produksi oleh OPEC+ adalah strategi yang dirancang untuk menjaga keseimbangan pasar, tetapi dampaknya belum sepenuhnya terlihat karena faktor lain seperti ketegangan geopolitik dan sentimen investor. Arab Saudi, sebagai pemimpin kartel ini, kemungkinan besar akan menyesuaikan harga jual minyaknya sesuai dengan tren pasar. Sementara itu, negosiasi antara Irak dan Turki harus diselesaikan agar suplai minyak dari wilayah Kurdistan dapat berjalan lancar. Secara keseluruhan, dinamika ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar energi terhadap berbagai variabel, baik dari segi kebijakan maupun geopolitik.

More Stories
see more