Pernyataan terbaru dari Bank Indonesia (BI) menyoroti situasi premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang masih berada di level tinggi, meskipun telah mengalami penurunan. Pada awal Mei 2025, premi CDS Indonesia untuk jangka waktu lima tahun mencatatkan angka 97,18 basis poin (bps), turun dibandingkan dengan posisi sebelumnya pada akhir April 2025. Kendati demikian, angka ini tetap lebih tinggi daripada kondisi akhir 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan bahwa fluktuasi ini dipengaruhi oleh dinamika global yang memengaruhi stabilitas pasar keuangan.
Gangguan ekonomi global menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan perubahan signifikan dalam premi CDS. Ketegangan geopolitik seperti perang dagang yang dipicu oleh kebijakan proteksionis Amerika Serikat serta konflik militer antara India dan Pakistan telah menciptakan ketidakpastian baru di pasar internasional. Hal ini membuat para pelaku pasar merasa bahwa kondisi global saat ini telah berubah drastis dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dampaknya, investor asing cenderung lebih waspada dan mulai menarik diri dari instrumen investasi negara berkembang, termasuk Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Peningkatan risiko gagal bayar yang tercermin dalam kenaikan premi CDS tidak hanya mempengaruhi daya tarik obligasi Indonesia bagi investor asing, tetapi juga berdampak pada pelemahan harga obligasi domestik. Meski demikian, situasi ini dapat dijadikan momentum bagi pemerintah dan bank sentral untuk memperkuat strategi pengelolaan risiko dan meningkatkan daya tahan ekonomi nasional. Dengan langkah-langkah adaptif dan inovatif, Indonesia berpeluang untuk memperbaiki citra keuangan dan menarik kembali minat investor global di masa mendatang.