Pemilihan kloset duduk atau jongkok bukan hanya soal preferensi individu, tetapi juga mencerminkan jejak sejarah dan adaptasi budaya yang telah berkembang selama berabad-abad. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi aspek-aspek penting yang mendasari penggunaannya secara global.
Di Eropa, khususnya Yunani Kuno, masyarakat sudah menggunakan toilet duduk sebagai metode umum untuk membuang air besar sejak tahun 100 Masehi. Fasilitas ini bahkan dirancang sebagai tempat sosialisasi, di mana orang-orang duduk bersama sambil berbincang santai. Fenomena serupa juga terlihat pada masa Romawi Kuno sekitar 200 Sebelum Masehi, ketika toilet duduk menjadi bagian dari sistem sanitasi yang canggih.
Inovasi teknologi toilet terus berkembang, seperti penemuan saluran penyiram oleh masyarakat Pulau Kreta. Penemuan ini memungkinkan pembuangan limbah secara otomatis melalui tekanan air. Kemajuan lainnya datang dari Inggris pada tahun 1596, saat Jong Harinton menciptakan kloset modern pertama yang dilengkapi dengan sistem penyiraman. Namun, komersialisasi inovasi ini baru terjadi dua abad kemudian selama Revolusi Industri.
Di Asia, terutama di Tiongkok, kloset jongkok telah digunakan selama lebih dari 2.000 tahun. Tradisi ini tidak hanya didorong oleh faktor fisiologis, tetapi juga memiliki dimensi praktis dalam mendukung pertanian tradisional. Peneliti Dai Wangyun menunjukkan bahwa di wilayah utara Tiongkok, di mana air sulit didapatkan, kotoran manusia disimpan sebagai pupuk alami untuk menyuburkan tanah.
Budaya spiritual juga turut mempengaruhi pilihan kloset di beberapa negara. Misalnya, di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar, kloset jongkok lebih difavoritkan karena memungkinkan proses membersihkan diri yang lebih efisien sesuai dengan ajaran agama.
Penelitian kontemporer menunjukkan bahwa kloset jongkok memiliki kelebihan signifikan dalam hal kesehatan pencernaan. Posisi jongkok memungkinkan relaksasi otot panggul sepenuhnya, sehingga mempermudah pengosongan usus secara lebih maksimal. Namun, kloset duduk juga memiliki nilai positif, terutama bagi individu yang mengalami kesulitan fisik dalam posisi jongkok.
Dari sudut pandang ergonomis, kloset duduk memberikan kenyamanan bagi banyak orang, terutama mereka yang tinggal di negara Barat. Selain itu, desain modern kloset duduk telah dikembangkan untuk meningkatkan kebersihan dan efisiensi penggunaan air.
Perkembangan globalisasi telah mempengaruhi pola penggunaan kloset di berbagai belahan dunia. Banyak negara mulai mengadopsi kombinasi antara kloset duduk dan jongkok untuk memenuhi kebutuhan beragam penduduknya. Contohnya, di Jepang, kloset modern dilengkapi dengan fitur-fitur inovatif seperti penghangat kursi dan sistem penyiraman otomatis.
Di sisi lain, tren penggunaan kloset jongkok masih kuat di beberapa negara Asia Tenggara. Hal ini mencerminkan betapa eratnya hubungan antara tradisi lokal dengan pemilihan fasilitas sanitasi. Meskipun demikian, semakin banyak orang yang mulai mempertimbangkan manfaat kesehatan dari posisi jongkok dalam aktivitas sehari-hari.