Kejadian memalukan terjadi di Koramil 1624-06 Boru, Kabupaten Flores Timur. Empat oknum anggota TNI AD dituduh melakukan kekerasan fisik terhadap seorang warga lokal bernama Damianus G Werang. Korban dilaporkan mengalami penganiayaan dengan alat tajam dan direndam di kolam sebagai bentuk hukuman tidak resmi. Insiden ini mencerminkan pelanggaran etika serta disiplin militer yang harus ditindaklanjuti secara serius.
Penganiayaan ini berawal dari sebuah pertemuan di jalan raya antara korban dan salah satu oknum TNI yang sedang membawa pakan sapi. Ketegangan meningkat saat korban memberikan teguran sopan namun tidak dihiraukan. Meski insiden awalnya mereda, konflik kembali muncul hingga akhirnya berujung pada kekerasan fisik yang sangat tidak pantas.
Meskipun situasi awal tampak biasa, interaksi antara korban dan oknum TNI berubah menjadi konfrontatif. Damianus yang hanya ingin menegur dengan sopan tentang keselamatan berkendara mendapatkan respons negatif dari pihak oknum tersebut. Ketegangan semakin memanas ketika korban merekam kejadian untuk dokumentasi pribadi.
Awal konflik bermula saat Damianus melintas di jalan setempat bersama keluarganya menuju Puskesmas Boru. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan salah satu oknum TNI yang membawa muatan panjang melebihi ukuran aman. Ketika korban memberikan isyarat agar kecepatan dikurangi, oknum TNI malah menyindir bahwa “tegurannya” hanya kepada rumput. Situasi menjadi lebih rumit saat Damianus memutuskan untuk merekam video. Reaksi emosional dari oknum TNI membuat konflik ini sulit diselesaikan dengan damai.
Dari rekaman yang tersisa sebelum dihapus, kejadian ini kemudian memicu serangkaian reaksi berbahaya yang berujung pada penganiayaan fisik. Korban dibawa paksa ke kantor Koramil dan mengalami perlakuan brutal yang melibatkan alat sederhana seperti kabel serta metode ekstrem lainnya.
Ketika Damianus akhirnya tiba di Koramil, dia dihadapkan dengan beberapa oknum TNI lainnya yang ikut serta dalam aksi kekerasan. Selain dipukuli menggunakan kabel listrik, korban juga direndam di kolam sebagai bentuk hukuman tanpa landasan hukum. Perlakuan ini menunjukkan betapa rendahnya standar moral yang diterapkan oleh oknum-oknum tersebut. Kejadian ini menyoroti pentingnya pengawasan internal di institusi militer untuk mencegah penyimpangan serupa di masa depan.