Seorang tokoh penting dalam perjuangan melawan perdagangan seks dan pelecehan, Virginia Giuffre, ditemukan meninggal dunia pada usia 41 tahun di Australia Barat. Kematian ini dikonfirmasi sebagai bunuh diri oleh pihak berwenang setelah tidak ditemukan tanda-tanda kejahatan terkait insiden tersebut. Kasus ini menarik perhatian luas karena keterlibatannya dalam tuduhan terhadap Pangeran Andrew dari Inggris. Selama hidupnya, Giuffre menjadi suara bagi korban perdagangan seks, meskipun beban mental akibat trauma yang dialaminya tampaknya terlalu besar untuk ditanggung.
Pada hari Jumat malam (25/4/2024), layanan darurat dipanggil ke sebuah rumah dekat Perth, tempat seorang wanita ditemukan dalam kondisi kritis. Setelah upaya pertolongan gagal, Virginia Giuffre dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian. Dalam pernyataan keluarga, mereka mengungkapkan rasa duka mendalam atas kepergiannya yang tragis. Keluarga juga menjelaskan bahwa selama hidupnya, Giuffre telah melawan keras dampak pelecehan seksual dan perdagangan manusia yang ia alami sejak masa remajanya.
Selama bertahun-tahun, Giuffre menjadi pelopor dalam memperjuangkan hak-hak korban perdagangan seks. Ia dengan berani mengungkap pengalaman pribadinya yang melibatkan tokoh elit seperti Jeffrey Epstein dan Pangeran Andrew. Menurut klaimnya, ia dipaksa untuk melakukan kontak seksual dengan Pangeran Andrew ketika masih di bawah umur, sebuah tindakan yang ia sampaikan secara terbuka dalam proses hukum.
Kisah Giuffre menjadi sorotan publik setelah mucikari terkenal, Jeffrey Epstein, meninggal gantung diri pada tahun 2019. Sebelum kematiannya, Epstein didakwa terlibat dalam jaringan perdagangan seks skala besar yang melibatkan anak-anak. Giuffre adalah salah satu korban yang berani mengungkap hubungan tersebut kepada masyarakat luas. Tuduhannya terhadap Pangeran Andrew menyebabkan kontroversi global, namun sang pangeran membantah semua klaim yang diajukan.
Dengan keberaniannya, Virginia Giuffre telah memberikan inspirasi bagi banyak korban untuk bangkit dan berbicara. Namun, beban psikologis dari perjuangannya tampaknya terlalu berat untuk ditanggung sendirian. Dunia kehilangan sosok yang tak kenal lelah dalam melawan kejahatan terburuk yang bisa dilakukan terhadap manusia. Meskipun ia telah tiada, warisan perjuangannya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk melawan segala bentuk eksploitasi.