Pangeran Harry kembali mencuri perhatian setelah mengungkapkan kekecewaannya terhadap sistem kerajaan dalam sebuah wawancara televisi. Dalam percakapan tersebut, ia menyoroti kegagalan pengadilan untuk memulihkan perlindungan bersenjata saat kunjungan ke Inggris. Hal ini membuat ayahnya, Raja Charles III, merasa marah karena dianggap telah menyudutkan institusi kerajaan. Sumber dekat Istana menjelaskan bahwa raja merasa frustrasi atas sikap putranya yang tidak mempertimbangkan konsekuensi dari pernyataannya terhadap pemerintah dan masyarakat Inggris.
Dalam suasana musim semi yang mulai beranjak hangat, dunia kembali dibuat heboh oleh perseteruan keluarga kerajaan Inggris. Pada hari Rabu (7/5/2025), kabar tentang ketidakpuasan Raja Charles III terhadap keluhan Pangeran Harry tersebar luas. Setelah kekalahan di pengadilan terkait permintaan keamanan, Harry memberikan wawancara selama 30 menit dari kediamannya di California, di mana ia menyalahkan struktur internal kerajaan atas pengurangan pengamanannya.
Seperti dilaporkan oleh sumber terpercaya di Istana, sang raja merasa sangat tersinggung atas tuduhan Harry yang disebut "menyudutkan" institusi. Charles, yang kini berusia 76 tahun, menekankan pentingnya netralitas konstitusional dalam urusan hukum. Namun, dia merasa dilema karena dituduh acuh tak acuh terhadap kebutuhan anak bungsunya, padahal ia khawatir akan dampak finansial dan sumber daya akibat kasus ini.
Di sisi lain, Pangeran Harry menyampaikan kekhawatirannya tentang keselamatan dirinya serta keluarganya. Ia menyatakan bahwa tanpa adanya perlindungan yang memadai, sulit baginya untuk membawa Meghan Markle dan anak-anak mereka ke tanah air. Walaupun masih menyimpan cinta mendalam kepada Inggris, Harry menunjukkan emosi dengan menyebut usia ayahnya sebagai faktor penting dalam keputusan untuk meredakan konflik.
Raja Charles III tampaknya ingin melihat perdamaian keluarga, namun langkah-langkah Harry dianggap semakin memperkeruh situasi. Perbedaan pandangan antara tradisi kerajaan dan kebutuhan individu menjadi fokus utama dalam perdebatan ini.
Berbagai pihak menilai bahwa situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara anggota kerajaan modern dan ekspektasi publik terhadap mereka.
Menurut seorang jurnalis politik, konflik ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya komunikasi yang efektif dan pemahaman saling menghormati di tengah tekanan sosial dan media. Bagi pembaca, cerita ini mengingatkan kita betapa sulitnya menyeimbangkan tanggung jawab pribadi dengan tuntutan institusional besar seperti kerajaan.