Pada tahun 2024, maskapai penerbangan nasional mengalami penurunan signifikan dalam kinerja keuangan. Perusahaan pelat merah ini mencatat kerugian besar yang menunjukkan dampak dari berbagai faktor eksternal dan internal. Meskipun demikian, sektor pendapatan tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan di beberapa lini usaha. Dalam pernyataan resmi, manajemen menyampaikan bahwa tantangan industri global menjadi salah satu penyebab utama hasil buruk tersebut.
Bertambahnya biaya operasional menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kondisi finansial perseroan. Peningkatan biaya pemeliharaan pesawat akibat jadwal perbaikan besar (overhaul) pada beberapa armada menjadi beban tambahan bagi perusahaan. Di sisi lain, pendapatan secara keseluruhan meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dengan kontribusi utama berasal dari angkutan penumpang dan layanan charter. Anak perusahaan seperti GMF AeroAsia dan Aerowisata juga turut memberikan sumbangan positif melalui aktivitas pemeliharaan dan jasa perjalanan masing-masing.
Meskipun menghadapi tantangan berat, langkah-langkah strategis diperlukan untuk menjaga stabilitas bisnis di masa mendatang. Kondisi ekonomi global yang dinamis, termasuk fluktuasi kurs, geopolitik, serta persaingan ketat di sektor penerbangan, memerlukan adaptasi cepat dan inovasi. Dengan fokus pada efisiensi operasional serta pengembangan layanan baru, Garuda Indonesia memiliki potensi untuk bangkit kembali dan memberikan kontribusi lebih besar kepada perekonomian nasional serta memperkuat posisinya di kancah internasional.