Pada Senin (24/2/2025), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Komisi XIII DPR RI menggelar Dialog Kebangsaan di Universitas Sumatera Utara. Acara ini bertujuan untuk memperkuat kerangka persatuan bangsa melalui dialog yang melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, masyarakat sipil, organisasi massa, partai politik, serta kalangan akademisi. Dengan tema "Dialog Kebangsaan Dalam Rangka Memperkuat Persaudaraan untuk Menjaga Keutuhan Bangsa," kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Wakil Ketua Komisi XIII DPR Sugiat Santoso sebagai pembicara utama.
Dalam suasana musim hujan yang masih terasa di Sumatera Utara, sebuah acara besar digelar di Digital Learning Center Building Universitas Sumatera Utara pada Senin (24/2/2025). Bertajuk “Dialog Kebangsaan Dalam Rangka Memperkuat Persaudaraan untuk Menjaga Keutuhan Bangsa,” kegiatan ini menjadi wadah penting bagi para pemangku kepentingan untuk membahas langkah-langkah strategis dalam menjaga kesatuan nasional.
Sekitar 300 peserta dari berbagai latar belakang hadir dalam acara tersebut, termasuk Tuan Guru Batak Ahmad Sabban Rajaguguk, Mayjen TNI Sudaryanto dari Deputi Bidang Pencegahan BNPT, Rektor USU Prof Muryanto Amin, serta Direktur Pencegahan BNPT Prof Irfan Idris. Wakil Ketua Komisi XIII DPR Sugiat Santoso juga turut memberikan pandangan tentang peran penting BNPT dalam menciptakan kondisi bebas serangan teroris di Indonesia.
Sugiat menyoroti pencapaian signifikan BNPT di bawah kepemimpinan Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, yang berhasil menghadirkan situasi damai tanpa ancaman teror. Selain itu, ia juga menyampaikan apresiasi terhadap kelompok Jemaah Islamiyah yang telah menyatakan kembali setia kepada ideologi Pancasila dan NKRI. Menurutnya, hal ini merupakan hasil dari pendekatan berkelanjutan yang dilakukan oleh BNPT.
Lebih lanjut, Sugiat menekankan pentingnya sosialisasi nilai-nilai persatuan kepada generasi muda, mahasiswa, dan masyarakat umum agar mereka tetap waspada terhadap potensi perpecahan sosial. Meskipun persaingan antar-elit politik telah mereda, upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa harus tetap menjadi prioritas nasional.
“Jangan anggap remeh tugas kita untuk menjaga eksistensi NKRI. Semua elemen bangsa, baik elit politik maupun rakyat biasa, memiliki tanggung jawab besar untuk terus membangun dan melindungi negara ini,” ungkap Sugiat dengan nada tegas.
Berbagai rencana aksi konkret juga dibahas dalam forum ini, termasuk peningkatan sinergi antara lembaga negara dan komunitas lokal untuk mencegah radikalisme serta mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan.
Sebagai seorang jurnalis yang menyaksikan langsung pelaksanaan dialog ini, saya merasa terinspirasi oleh komitmen kuat semua pihak untuk menjaga integritas bangsa. Acara ini tidak hanya menjadi ajang diskusi formal, tetapi juga ruang bagi berbagai elemen masyarakat untuk bersatu dalam misi mulia memperkuat persatuan nasional.
Tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia bukan hanya soal ancaman terorisme, tetapi juga perbedaan pandangan politik dan sosial yang bisa memecahbelah masyarakat. Melalui pendekatan persuasif dan kolaboratif seperti yang ditunjukkan oleh BNPT dan Komisi XIII DPR, harapan akan terciptanya lingkungan yang lebih damai dan inklusif semakin nyata.
Acara ini juga mengingatkan kita bahwa menjaga persatuan bukanlah tanggung jawab satu individu atau lembaga saja, melainkan tugas kolektif seluruh rakyat Indonesia. Dengan meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan dan mendorong partisipasi aktif dari berbagai kalangan, kita dapat memastikan bahwa NKRI tetap kokoh hingga generasi mendatang.